Tag Archives: drama

Multireview Edisi 28: 4 Film Indonesia Maret 2024

Tulisan rutin bulanan ini sebenarnya bukan untuk memperingati bulan film nasional yang jatuh bulan lalu. Seperti biasa, tulisan ini adalah rangkuman ulasan dari beberapa film Indonesia yang tayang Maret lalu, baik di bioskop maupun media lainnya. Selain film tentang Kuyang yang sudah diulas lebih dulu, saya hanya sempat menonton 4 film Indonesia. Beberapa film bioskop bulan lalu hanya mendapatkan sedikit layar di bioskop dan cepat menghilang karena dominasi film-film blockbuster dari luar.

Continue reading

Review Film Inshallah a Boy

Film tentang perempuan yang berbohong demi melawan patriarki

Inshallah A Boy menandakan kemajuan perfilman Yordania di masa kini. Bukan hanya karena menjadi perwakilan negaranya di ajang Academy Awards, tetapi juga memborong beberapa penghargaan termasuk festival film di Cannes. Selain karena akting aktrisnya yang mudah menarik simpati penonton, daya tarik utama film ini adalah muatan ceritanya. Apa yang dialami sang protagonis begitu dekat dengan kehidupan kita yang tinggal di negara relijius.

Continue reading

Review Film Kuyang: Sekutu Iblis Yang Selalu Mengintai

Film tentang kuyang yang layak tayang tapi punya kesan mixed

Ada alasan khusus mengapa saya agak terlambat untuk menonton Kuyang: Sekutu Iblis Yang Selalu Mengintai. Pertama, saya merasa perlu melewatkan sajian horor ini karena berasal dari sutradara dan rumah produksi yang sama dengan Detak/Tarian Lengger Maut (2021). Sebuah film dengan akhir yang tidak jelas, yang bahkan versi panjangnya pun tidak dapat mengangkat kualitasnya. Selain itu, sebelum ini juga saya sudah pernah menyaksikan film horor yang menampilkan sosok kuyang dengan efek visual yang akhirnya malah membuat saya ingin menertawakannya. Namun, ada kejutan dari ulasan penonton awalnya yang mengklaim bahwa karya terbaru dari Yongki Ongestu ini adalah sesuatu yang berbeda. Setidaknya, tidak menampilkan sosok hantu tanpa kepala tersebut secara asal seram.

Continue reading

Review Film The Zone of Interest

Bisa dianggap sebagai film dengan karakter terkejam di tahun ini

Dibandingkan nominee Best Picture Academy Awards untuk tahun ini, The Zone of Interest lah yang tampak hadir bukan untuk semua orang tetapi memiliki perspektif yang sangat penting. Disutradarai dan ditulis naskahnya oleh Jonathan Glazer, film ini cenderung eksperimental karena memaksa penontonnya untuk memiliki indera yang peka. Demi bisa menangkap sendiri kengerian akan pelaku genosida di masa lalu yang digambarkan naskahnya.

Continue reading

Review Film The Holdovers

Seharusnya bisa ikut menempati daftar film mancanegara pilihan tahun lalu

Beberapa jam sebelum ajang Academy Awards diselenggarakan, tuduhan plagiarisme ditujukan terhadap The Holdovers. Saya tidak akan membahas detil tentang kasus tersebut. Yang pasti, ulasan ini pun tidak akan terpengaruh akannya karena proses penulisannya sudah saya mulai sejak akhir Februari lalu. Waktu yang sama dengan ketika karya Alexander Payne ini tayang terbatas di bioskop Indonesia. Seandainya filmnya ditayngkan lebih awal, yakni di akhir 2023, sangat mungkin untuk akhirnya bisa ikut meramaikan daftar film-film mancanegara pilihan yang saya susun tahun lalu. Mengapa?

Continue reading

Review Film Poor Things

Film yang sudah direlakan tidak akan tayang di bioskop Indonesia

Saya termasuk beruntung bisa mendapatkan jatah screening di platform Disney Debut yang menayangkan Poor Things. Tidak seperti mayoritas nominasi Best Pictures di ajang Oscar tahun ini, karya sutradara Yorgos Lanthimos ini sejak awal sudah diprediksi tidak akan pernah bisa tayang di bioskop Indonesia. Alasannya karena banyaknya scene vulgar yang digunakan untuk menggerakkan cerita yang dialami oleh karakternya. Padahal, sebelum mencari tahu premisnya, penampilan luar dari film ini sungguh menarik. Dari dunia yang dibangunnya, busananya, hingga penampilan aktor dan aktrisnya yang total.

Continue reading

Multireview Edisi 27: 4 Film Indonesia Februari 2024

Tahun lalu saya sengaja merutinkan tulisan multireview untuk membahas film-film yang terlalu banyak saya tonton di setiap bulannya. Untuk tahun ini, saya sebenarnya ingin lebih selektif dalam menonton film, terutama untuk film-film Indonesia. Oleh karenanya, sampai tidak perlu ada tulisan multireview periode Januari lalu. Berbeda dengan bulan lalu, jumlah tontonan menarik sedikit meningkat. Sayangnya, tidak sebanding dengan waktu yang dimiliki untuk mengulas semuanya. Oleh karena itu, sambutlah tulisan kumpulan review pendek pertama di tahun 2024 ini. Mulai tahun ini, nilai yang saya berikan kepada setiap film terlampir di paragraf terakhir dari masing-masing ulasan pendek.

Continue reading

Review Film Anatomy of A Fall

Film persidangan yang tak terasa panjangnya

Anatomy of A Fall menjadi salah satu film yang paling ditunggu sejak akhir tahun lalu karena mendapatkan respon positif dari beberapa penayangan khusus. Di Indonesia sendiri, karya dari Justine Triet ini pernah ditayangkan terbatas di bioskop pada akhir Januari lalu. Bagi yang belum sempat menontonnya, atau filmnya tidak tayang di kotanya, masih bisa menyaksikannya di KlikFilm sejak bulan lalu. Sebelum masa itu, film ini sudah banyak meraih nominasi dan penghargaan. Termasuk yang paling bergengsi yakni 5 nominasi di ajang Academy Awards 2024 mendatang, salah satunya kategori Best Picture.

Continue reading

Review Film Ali Topan

Film tentang solidaritas anak skena

Sebagai sebuah disclaimer, saya belum pernah menonton film-film dan sinetron tentang Ali Topan, pun membaca cerita bersambungnya. Nama Ali Topan cukup familiar bagi saya berkat lagu Anak Jalanan dari Chrisye, yang ternyata merupakan soundtrack untuk versi sinetronnya di tahun 1990-an yang lalu. Maka itu, ulasan saya akan film terbaru dari Visinema Pictures ini akan berasa lebih segar. Tidak ada perbandingan langsung antar karya yang dibahas.

Continue reading

Review Film Not Friends

Film tentang jatuh cinta kepada film dari Thailand

Sejak akhir tahun lalu saya menanti Not Friends bukan karena telah dipilih untuk mewakili Thailand dalam ajang Oscar 2024. Premisnya yang tentang proses pembuatan film pendek untuk teman SMA yang sudah meninggal lebih menarik dibandingkan titel “film terbaik” yang sudah diberikan banyak orang. Apalagi tahun lalu kita pun sudah punya Jatuh Cinta Seperti di Film-Film (2023) yang dengan indahnya mengemas sebuah surat cinta untuk mereka yang pernah merasakan proses pembuatan film. Saya pun lekas bertanya, “Surat cinta macam apa lagi yang akan saya saksikan?”

Continue reading