Review Film Immaculate

Salah satu film menarik di tahun ini, murni karena diperankan Sydney Sweeney

Sydney Sweeney. Dia lah daya tarik utama dari Immaculate yang penayangannya di Indonesia sempat tertunda. Bahkan, ketika merujuk pada karya terbaru dari Michael Mohan ini, saya lebih senang menyebutkan “Film Sweeney” alih-alih judulnya. Tidak salah juga, karena selain menjadi pemeran utama, Sweeney pun tercatat sebagai produser dari film ini. Premisnya sendiri, jika dilihat dari trailer-nya, begitu mirip dengan The First Omen yang tayang pada awal April lalu. Jadi, ceritanya sendiri kurang mengundang rasa penasaran.

Tokoh utamanya adalah Cecilia (Sydney Sweeney), gadis asal Amerika yang pergi ke Italia karena hendak menjadi suster. Ilham tersebut didapatkannya karena dirinya pernah mati suri dan merasa bahwa Tuhan punya misi lain untuknya. Cecilia tiba di sebuah biara atas ajakan pastor Sal Tedeschi (Alvaro Morte) dan ditugaskan untuk merawat suster lanjut usia. Setelah sebuah mimpi buruk, Cecilia mendapati dirinya hamil walaupun belum pernah berhubungan badan dengan lelaki. Apa yang dialami Cecilia dianggap sebuah berkah oleh penghuni biara lain, yang menganggap dirinya sebagai Bunda Maria yang baru.

Premis tentang suster muda yang tiba-tiba hamil memantapkan kemiripan film ini dengan The First Omen. Kehamilan yang dialami sang protagonis dapat diartikan sebagai beban yang harus dialami perempuan di lingkungan patriarki. Penyebab hamilnya Cecilia kelak ketika diungkap akan mengarah pada konspirasi pemuka agama. Dari susunan karakternya pun kita akan bertemu seorang pastor senior dan teman sesama suster dari protagonisnya yang berprinsip lebih bebas. belum lagi klimaks dari filmnya yang mudah untuk diantisipasi sebagai peristiwa kelahiran atas apa yang dikandung karakter utama kita.

Selama 89 menit durasinya, bagi saya hampir tidak ada jumpscare yang mengesankan. Film ini tetap memiliki beberapa adegan kematian mengerikan, tetapi ketika dipikirkan kembali cenderung biasa. Mungkin karena saya sulit untuk melepas perbandingan film ini dengan film lain dengan cerita yang serupa. Fenomena mistis yang dialami karakternya lebih untuk mengantarkan petunjuk akan keanehan biara yang dihuninya. Sementara itu, misteri tentang penyebab sejati kehamilan Cecilia cenderung dibuat kurang menarik walaupun melibatkan sedikit elemen fiksi ilmiah. Yang lebih sering diperlihatkan adalah perlakuan orang-orang di sekitar Cecilia terhadap dirinya yang tengah hamil. Atmosfer menegangkannya pun lebih ditunjukkan ketika mengiringi upaya Cecilia untuk kabur dari biarannya.

Selain upaya untuk kabur, film ini juga banyak memperlihatkan suasana sakit yang dialami protagonisnya ketika hamil. Sweeney yang menjadi daya tarik utama dari filmnya tentu berhasil mengeksplor rasa sakit tersebut secara luas. Termasuk ketika menghindari ancaman dari pihak yang menginginkan tubuhnya, menginginkan kehamilannya sejak awal. Kontribusi aktingnya semakin patut diapresiasi kala memasuki babak ketiga ketika momen kelahirannya terjadi. Intinya, sang aktris benar-benar menjadi penyelamat dari film ini.

Pilihan konklusinya sudah to the point. Adegan terakhirnya memiliki kesan brutal yang maksimal, tentu dibuat berdarah-darah hingga karakternya akhirnya tak berdaya. Keputusan yang diambil sang protagonis dapat dipahami sebagai sikap untuk melepas kekangan yang membebaninya, yang mana akan memuaskan. Walaupun secara keseluruhan, detil-detil dari plotnya akan mudah terlupakan kelak.

6/10

Leave a comment