Daily Archives: September 15, 2019

Review Film Warkop DKI Reborn

Mengapa Falcon me-remake Warkop DKI untuk yang kedua kalinya?

Mengingat reputasi Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part 2 yang mengecewakan dalam hal jalan cerita dan capaian jumlah penontonnya (gagal menjadi film terlaris di tahun 2017), Falcon kembali merilis Warkop DKI Reborn (3) dengan percaya diri. Saya tuliskan angka 3 dalam judulnya karena film ini merupakan film reborn-nya Warkop DKI yang ketiga. Pada film ketiga ini, personel Warkop DKI dirombak total dengan jajaran pemeran yang lebih muda, Aliando Syarief sebagai Dono, Adipati Dolken sebagai Kasino, dan Randy Danistha dipercaya untuk memerankan Indro. Seperti kedua film sebelumnya, film ini tetap menampilkan Indro Warkop, satu-satunya personel Warkop asli yang masih hidup.

Film ini dimulai dengan pemutaran kartun pendek Warkop DKI berjudul La Tikusto yang walau tidak sampai dua menit berhasil menyindir para “tikus” yang meresahkan negara. Kemudian, diputarkanlah video persembahan untuk legacy dari Warkop DKI yang kini sudah berusia 46 tahun. Karena saya berekspektasi rendah ketika menonton film ini, maka saya pun langsung melakukan early claim bahwa dua hal tersebutlah yang menjadi momen terbaik dari film ini secara keseluruhan. Dan ternyata saya benar.

Warkop DKI Reborn (3) menceritakan tiga sahabat Dono, Kasino, dan Indro yang hidup sederhana sebagai penyiar radio. Tingkah laku mereka ternyata tengah diamati Komandan Cok (Indro Warkop) dan Karman (Mandra) yang menginginkan mereka untuk menjadi agen spesial. Ketiganya direkrut untuk menyelidiki praktik money laundry di rumah produksi (PH) milik produser Amir Muka (Ganindra Bimo). Dalam upaya mereka untuk menjadi bintang film di PH tersebut, mereka bertemu artis cantik, Inka (Salshabilla Adriani). Aksi penyusupan mereka tidak berjalan mulus dan membuat mereka berhasil ditangkap dan dibuang ke Maroko. Berusaha untuk pulang ke Indonesia dan mencari Inka, ketiganya malah mendapatkan masalah baru di negara Timur Tengah tersebut.

Perihal apakah ketiga pemeran baru kita mirip dengan setiap personel Warkop DKI yang diperankan adalah relatif. Bagi saya, secara visual Aliando lah yang paling mirip dengan personel yang ia perankan, Dono. Sementara itu Adipati berhasil mirip dengan Kasino hanya berdasarkan penampilannya saja. Dalam berkata dan berlaku, wujud Kasino sama sekali tidak tampak pada Adipati. Randy sebagai Indro menjadi pemeran yang paling tidak berkesan, mungkin tertutup dengan adanya Indro Warkop yang asli. Komedi ala Warkop yang mereka sampaikan hampir tidak pernah berhasil untuk membuat tertawa. Jika ada momen di mana saya menertawakan mereka, itu bukan karena mereka berhasil menjadi jelmaan Warkop DKI, melainkan mereka lucu sebagai diri mereka sendiri (Aliando, Adipati, dan Randy).

Untuk memanjakan penonton, film juga menampilkan parodi film-film Indonesia lainnya seperti Bumi Manusia (bahkan menampilkan Mawar De Jongh juga) dan Pengabdi Setan yang tentunya sudah dibuat bernuansa komedi. Namun kelucuan yang didapat tentunya berkat unsur intrinsik dari film-film yang diparodikan tersebut, bukan situasi yang dialami oleh para pemerannya. Misalnya ketika memparodikan Bumi Manusia, adegan tersebut malah dijadikan tempat curhat Adipati tentang Iqbaal Ramadhan. Mencoba menggunakan kembali formula komedi yang cukup berhasil dalam My Stupid Boss 2, film ini juga kembali menampilkan adegan yang menempatkan trio Warkop dalam kondisi menegangkan (misalnya dikejar warga). Namun kali ini hasilnya gagal menegangkan dan dibuat antiklimaks karena diberikan penyelesaian yang mudah.

Cerita inti dari film ini sebenarnya cukup straightforward, hanya saja diceritakan dengan sisipan komedi yang sulit membuat tertawa dan menjadi tidak fokus. Bertransisi ke plot lainnya, film seringkali mengesampingkan logika juga menyisipkan plot yang dihadirkan tiba-tiba. Contohnya saja, mengapa trio Warkop bisa sampai ke Timur Tengah? Alhasil dalam 103 menit sedikit sekali intisari cerita yang dapat diambil dari film ini. Lebih buruk, film ini tampak berhenti pada permulaan babak ketiganya. Alih-alih memberikan plot twist atau mengeluarkan konflik tersulitnya, film ini langsung berhenti begitu saja, dengan dalih akan adanya kelanjutan dari film ini di tahun depan. Wow, percaya diri sekali Falcon dalam mengikat penontonnya!

Kembali menampilkan cerita yang tidak jelas intinya, Warkop DKI Reborn 3 menjadi sebuah proyek remake yang tidak perlu. Scene persembahan untuk Warkop DKI yang asli pada awal film, bagi saya justru membuat Warkop DKI tidak perlu di-reborn-kan lagi. Film-film Warkop dengan Dono, Kasino, dan Indro yang asli cukuplah menjadi legacy yang dapat dinikmati kapanpun. Daripada dibuat ulang dengan pemeran baru, ide untuk menayangkan kartun Warkop DKI di TV tampak lebih baik. Sebagai inspirasi, versi kartun dari Mr Bean pun cukup laris bukan? Akhir kata, saya memberikan nilai 3 dari 10 untuk film ini.