Review Film Rasuk 2

Film yang awal terornya membuat saya ingin berdendang “Entah apa yang merasukimu?”

Mulai tahun ini, sebelum menonton film horor saya bersikap realistis, memasang ekspektasi rendah terhadap beberapa film. Termasuk terhadap sekuel dari Rasuk ini yang film pertamanya relatif mengecewakan. Film ini juga mendapat rating 5/10 di aplikasi Cinepoint (per 3 Januari 2020), sebelum saya menontonnya dan ikut memberikan rating. Setelahnya, saya tentu memberikan rating yang lebih rendah di aplikasi tersebut, karena filmnya memang mengecewakan.

Rasuk 2 menceritakan Bella (atau Isabella, diperankan Nikita Willy) yang tengah menjalani koas dan ditugaskan di ruang otopsi. Bella tidak sendirian, melainkan ditemani oleh kedua teman kuliahnya, Nesya (Lania Fira) dan Alma (Sonia Alyssa), juga dokter pembimbingnya. Bella yang memiliki indera keenam melihat arwah dari jenazah wanita yang akan diotopsinya, dan kemudian merasa diganggu oleh arwah tersebut. Bahkan Bella sampai dibuat pingsan dan dirasuki oleh sang arwah, yang membuat kedua teman-temannya khawatir. Di tempat kostnya, Bella bertetangga dengan Radja (Achmad Megantara), lelaki yang kemudian menjadi dekat dengannya, dan dapat menerima “kelebihan” dari Bella.

Pada pertengahan film pertama, sang sutradara cukup berhasil menghadirkan jumpscare pada situasi yang tak terduga. Bella diteror bertubi-tubi baik di rumah sakit maupun di kamar kosnya. Sang arwah yang senantiasa menghantui lalu merasuki Bella hampir membuat saya bernyanyi “Entah apa yang merasukimu?” ketika film bergulir menuju adegan kerasukan yang paling mengerikan pada film ini. Adegan tersebut efektif memberikan saya petunjuk tentang kebenaran apa yang nanti akan terungkap dari sosok yang menghantui Bella. Petunjuk tersebut, membuat saya memprediksi akan dibawa kemana lagi cerita pada film ini, yang ternyata terbukti benar. Akibatnya film menjadi tidak terasa seram lagi hingga akhir.

Mengisi sekitar satu setengah jam durasi, film dengan alur sederhana ini memiliki sisipan menarik, tetapi hanya dijadikan angin lalu. Misalnya, desas desus penampakan di kosan Bella yang dijaga Mbak Uci (Asri Welas). Apakah isu penampakan tersebut relevan dengan arwah yang gemar mengganggu Bella? Entah. Menjelang film berakhir pun, seorang tokoh yang tiba-tiba cemburu dengan hubungan Bella dan Radja muncul, dengan motif kecemburuan yang kurang kuat. Perihal adegan di rumah sakit, adegan otopsi yang dilakukan para tokoh cukup berhasil meyakinkan, meski diiringi dialog tak penting, yang dapat dirasakan penontonnya secara visual alih-alih dikatakan. Misal, kriteria fisik seperti warna kulit dan rambut jenazah sebelum penjelasan luka-luka yang ditemukan dalam tubuh jenazah.

Bahkan catatan investigasi Bella banyak yang sudah diketahui penonton sejak awal film.

Scene investigasi Bella yang ingin mengetahui identitas Mrs. X (julukan sang jenazah tanpa identitas) pada babak ketiga digambarkan dengan mudah. Bella mendapatkan tekanan yang dangkal dari dokter pembimbingnya ketika hendak menyelidiki kematian Mrs. X lebih dalam. Tekad Bella untuk melanjutkan penyelidikannya pun diakhiri tokoh lain yang tiba-tiba datang, membeberkan segala misteri yang tersimpan pada film, membuktikan tebakan saya sejak awal perihal bagaimana film ini akan diakhiri. Mengapa tokoh tersebut harus dimunculkan secara misterius dan tidak dipertemukan dengan Bella sejak awal film? Tampaknya sang penulis naskah memang malas untuk membuat skenario penyelidikan untuk Bella.

Setelah kecewa dengan cara film ini mengungkap kebenarannya, saya dibuat semakin terheran ketika film diakhiri eratnya persahabatan Bella, Nesya, dan Alma. Mengapa kembalinya persahabatan mereka dijadikan konklusi? Padahal sejak awal film tak pernah menggambarkan kedekatan dari ketiganya, ketika bertugas bersama, makan bersama, atau bahkan membuat konten IG bersama. Melihat interaksi mereka sejak awal, saya malah merasa bahwa ketiganya adalah mahasiswi yang tak saling dekat dan baru dipersatukan sejak koas dimulai.

Sejak berhasil menebak arah dari alur film ini, film ini bagi saya menjadi tidak lagi menyeramkan. Film memiliki potensi untuk menghadirkan adegan penyelidikan forensik yang lebih komprehensif, tetapi malah memberikan plot twist berformula usang. Sekeluarnya dari bioskop, saya mutlak hanya memberikan nilai 3 dari 10 untuk Rasuk 2.

Leave a comment