Review Film The Grudge

Bagaimana cara membawa hantu di rumah di Jepang ke Amerika?

Sebenarnya di Indonesia The Grudge ditayangkan pertama kali tanggal 31 Desember 2019 lalu, lebih dulu dari jadwal rilis di US yakni 3 Januari 2020. Namun, saya tetap menontonnya di tahun 2020 dan menjadikan film ini sebagai film pertama yang saya tonton di bioskop tanggal 1 Januari lalu. Sayang pengalaman menonton pertama saya di tahun ini dimulai dengan sebuah film yang cenderung mengecewakan.

The Grudge versi tahun 2020 memiliki cerita yang berpusat pada detektif Muldoon yang baru pindah ke kota kecil dan bekerja sama dengan detektif setempat, Goodman. Muldoon sendiri hanya tinggal bersama anaknya, Burke, karena suaminya baru saja meninggal. Muldoon dan Goodman dipanggil untuk menyelidiki mayat wanita yang diketahui baru saja mengunjungi sebuah rumah beralamat 44 Reyburn Drive. Merasa tak asing dengan rumah tersebut, Goodman mengakui bahwa pernah ada kasus pembunuhan dan bunuh diri di rumah tersebut, yang turut merenggut nyawa tetangga rumah tersebut. Meski sudah diperingatkan Goodman untuk tidak terlalu penasaran dengan kasus tersebut, Muldoon tetap menyelidiki kaitan antara kasus kematian yang berhubungan dengan pengunjung rumah tersebut.

Dalam investigasi Muldoon, film juga menyajikan flashback cerita tentang tiga keluarga lainnya. Pertama, pegawai real estate yang tengah menanti kelahiran anaknya, Spencer. Ia orang pertama yang bertemu dengan arwah dari anak yang terbunuh ketika hendak menjual rumah berhantu tersebut. Kedua, keluarga Landers sendiri yang merupakan keluarga pertama yang terbunuh di rumah tersebut. Sang ibu diketahui membunuh suami dan anaknya, lalu bunuh diri. Terakhir, keluarga Matheson, sepasang suami istri lansia yang menempati rumah tersebut setelah kasus keluarga Landers terungkap. Dengan demikian, temuan Muldoon menjadi benang merah atas misteri dari rumah keluarga Landers.

Bagaimana memindahkan teror hantu rumahan yang terkenal di Jepang ke Amerika? Film memberikan petunjuk sejak adegan pertamanya, dan menjelaskan dengan sangat sederhana melalui detektif Wilson, penyelidik pertama rumah keluarga Landers. Dijelaskan demikian, tentu teror yang disebabkan pun serupa dengan hantu Kayako di rumah asalnya. Alhasil, tidak ada kejutan baru untuk para penggemar Ju On dari film ini. Jika ada perbedaan, mungkin jumpscare yang disajikan lebih bercitarasa Hollywood. Bagi yang baru pertama kali menonton film mengenai Ju On, film memberikan sedikit penjelasan di scene awal tentang cara kerja kutukan pada film ini.

Dalam durasi 94 menit, keempat keluarga yang diteror diceritakan bersamaan, dengan kisah Muldoon sebagai sentralnya. Ketiga keluarga lainnya diceritakan hanya sebagai korban dari Ju On, tanpa mengeksplor hal baru mengenai Ju On itu sendiri. Hanya keluarga Muldoon yang diberikan pengembangan karakter lebih. Muldoon semula bersikap rasional terhadap kasus pembunuhan keluarga Landers, nekat memeriksa sendiri rumah berhantu di 44 Reyburn Drive. Ia pun mengabaikan saran Goodman yang merasa ada yang tak beres di rumah itu, membuatnya tak ingin lagi terlibat dengan kasus tersebut. Namun, pandangannya berubah berkat hal mengerikan yang terjadi di rumahnya dan rasa takut yang ia lihat dari detektif Wilson. Teror yang tak begitu menyeramkan di rumah Muldoon tentu membuat Muldoon khawatir akan anaknya. Interaksi Muldoon dan anaknya relatif sedikit karena terbagi dengan penceritaan keluarga lain. Namun, akan tetap ada dialog kunci yang mengembangkan drama antara keduanya ketika sedang ketakutan. Setidaknya pula, hanya Muldoon lah yang nantinya berusaha ingin mengakhiri ketakutannya.

Film ini akhirnya tidak menawarkan hal baru mengenai Ju On dan dapat menjadi sekuel yang dapat dilewatkan. Pembagian karakter pada film ini pun mirip dengan film horor Indonesia yang medioker, ada yang rasional, ada yang dianggap gila karena diganggu sang hantu. Secara keseluruhan, film ini lebih baik dibagi kedalam 3 atau 4 serial pendek saja alih-alih menjadi film tersendiri. Saya pun tak dapat memberikan nilai lebih dari 4 dalam skala 10 untuk film ini.

Leave a comment