Tag Archives: Yu Yang

Review Film Ne Zha

Ne Zha adalah kejutan animasi tahun ini yang dapat dinikmati di sebagian kecil bioskop di Indonesia.

Kembali saya akan mengulas Ne Zha dengan khusus menuju para pembaca dari Indonesia. Di negara asalnya, Tiongkok, Ne Zha memecahkan rekor sebagai film animasi terlaris dan menghasilkan 600 juta Yuan dalam tiga hari pertama penayangannya. Sayangnya ketika sampai di Indonesia, film ini diberikan layar yang sangat terbatas, hanya tayang di beberapa bioskop. Padahal film ini berhasil memberikan alternatif film animasi yang segar ketika Disney kini hanya menjual remake atau sekuel atas karya-karya terdahulunya. Dengan demikian, dapat saya katakan mereka yang berkesempatan untuk menonton film ini adalah orang-orang yang beruntung.

Dikisahkan Tianzun si raja surga memerintahkan muridnya, Taiyi dan Gongbao untuk menghentikan Chaos Pearl. Gagal, Tianzun menaklukannya sendiri dan memisahkannya kedalam dua bola, Spirit Pearl dan Demon Orb. Tianzun kemudian memberikan kutukan surga pada demon orb, dalam tiga tahun akan dihancurkan sambaran petir. Tianzun juga memberikan spirit pearl kepada Taiyi supaya kelak direinkarnasikan sebagai putra dari Li Jing, dinamai Ne Zha. Gongbao yang iri kepada Taiyi berencana mengambil spirit pearl dan menimbulkan kekacauan. Kecerobohan Taiyi membuat istri Li Jing malah melahirkan anak dari demon orb, lalu spirit pearl berhasil dibawa lari oleh Gongbao. Enggan membunuh bayinya, Taiyi menahan kekuatan iblis dalam diri Ne Zha yang bertumbuh pesat. Kemudian mereka berencana mengurung Ne Zha di dalam istananya selama tiga tahun. Sementara itu, spirit pearl yang dicuri Gongbao digunakan raja naga untuk mereinkarnasikan anaknya, Ao Bing. Film ini kemudian menceritakan bagaimana Ne Zha menjalani hidupnya sebelum kutukan surgawi datang mengincarnya.

Selama tumbuh menjadi anak kecil, Ne Zha diceritakan sebagai anak yang ditakuti penduduk setempat, anak-anak sepantarannya menyebutnya sebagai anak iblis (yang technically benar), yang membuat ia akan murka. Praktis, Ne Zha pun membenci para penduduk setempat. Sikap para penduduk membuat Ne Zha tidak memiliki teman, hanya ibunya yang ingin bermain dengannya. Melihat ulah Ne Zha, kita akan teringat akan Masha dalam serial Masha and the Bear. Ia senantiasa mengacau, berkekuatan bagai orang dewasa. Walaupun mengesalkan, akan ada waktunya di mana kita akan berada di sisi Ne Zha, merasa iba akan takdirnya sebagai reinkarnasi iblis.

Jika Ne Zha mengingatkan kita pada sosok Masha, maka sosok beruang yang menjadi orang tua sekaligus teman mainnya adalah Taiyi sendiri. Merasa bertanggung jawab akan nasib sang anak, Taiyi muncul menjadi sosok guru bagi Ne Zha, berupaya meyakinkan Ne Zha untuk tak menjadi sosok yang destruktif, tetapi heroik. Flim memberikan plot di mana Ne Zha mencoba menjadi sosok pahlawan, yang membuatnya bertemu dengan Ao Bing. Keduanya bertarung lalu berteman, kembali membuat kita bingung harus berada di pihak siapa, pangeran reinkarnasi iblis atau dewa penolong yang dilahirkan naga terkutuk? Setidaknya begitulah yang kita pikirkan hingga pertarungan terakhir mereka, di mana kedua reinkarnasi dewa menembus batasan duniawi.

Ketika penceritaan pada babak kedua film disajikan dengan beberapa sisipan komedi yang fresh, babak ketiga film ini dibuat begitu dramatis. Pada hari dimana Ne Zha akan menemui takdirnya, film memberikan kejutan tak terduga dengan balutan plot kasih sayang orang tua yang tak terbatas pada anaknya. Pertarungan antar sahabat yang kenyataannya sudah sama-sama diketahui semua orang, diakhiri dengan upaya Ne Zha dalam melawan takdirnya, ingin menentukan takdirnya sendiri. Rangkaian adegan tersebut tentu mengesankan, tetapi tidak begitu jelas menggambarkan berubahnya pandangan penduduk setempat akan Ne Zha.

Tidak kalah dari Disney, animasi yang dikerjakan pada film ini tampak begitu mendetil, efek-efek yang digunakan begitu realistis. Selain kualitas animasinya, film ini juga punya cara unik dalam memberi tahu penontonnya bahwa film ini memiliki mid-credit scene. Walau tidak semua plot sesuai dengan ekspektasi saya, juga adanya komedi yang masih dapat dikembangkan, saya tetap memberi nilai 7.5 dari 10 untuk Ne Zha.