Review Film Si Manis Jembatan Ancol

Akankah film ini sesukses remake film Suzzanna di tahun lalu?

Cerita tentang Si Manis sudah dibuatkan versi filmnya di tahun 1973 dan 1993, pernah dijadikan serial televisi pula. Tahun ini Anggy Umbara menghidupkan kembali sosok Si Manis dengan image yang berbeda dari film-film terdahulunya. Si Manis versi kini adalah wanita bernama Maryam, yang pada film sebelumnya disebut Mariah atau Mariam. Namun, saya tidak akan membahas banyak mengenai versi filmnya yang terdahulu karena belum pernah menontonnya. Dengan demikian, inilah ulasan saya untuk film horor lokal terakhir di tahun 2019 ini, dari sudut pandang penonton baru.

Pada Si Manis Jembatan Ancol, Maryam (Indah Permatasari) adalah seorang istri yang tak dianggap oleh suaminya, Roy (Arifin Putra). Roy lebih mementingkan proyeknya yang ia kejar dengan cara yang tak halal (KKN) dan memiliki banyak hutang. Suatu hari, Maryam yang bersedih dengan pernikahannya bertemu Yudha (Randy Pangalila), seorang pelukis yang baru pindah dekat rumahnya, yang diam-diam mengaguminya. Yudha yang buntu mencari ide untuk lukisannya, ingin menjadikan Maryam model lukisannya, sementara Maryam ingin dilukiskan bersama ayahnya yang telah tiada.

Masalah datang ketika Roy merasa Maryam selingkuh dengan Yudha, ditambah lagi ia terlilit hutang dengan Bang Ozi (Ozy Syahputra) karena gagal mendapatkan proyek. Roy dan Bang Ozi pun merencanakan pembunuhan terhadap Maryam dan ingin membuat seolah Maryam dibunuh oleh Yudha, sehingga rumah milik Maryam dapat dijual untuk melunasi hutang Roy. Namun, Roy berubah pikiran sementara Maryam dapat memberontak, membuat anak buah Bang Ozi terpaksa membunuh Maryam dan membuang mayatnya ke sungai. Beberapa hari kemudian, hantu Maryam yang dipanggil Si Manis pun terlihat menghantui warga yang melewati Jembatan Ancol. Hantu Si Manis dipercaya bergentayangan untuk membalaskan dendamnya.

Setengah pertama dari film ini sejatinya adalah drama cinta segitiga antara Maryam, Roy, dan Yudha. Roy pernah sungguh-sungguh mencintai Maryam sebelum menghadapi kesulitan bisnis. Terbukti, pada saat tahu Maryam akan dibunuh komplotan Ozi, Roy sempat berubah pikiran, ingin Maryam selamat. Meski tergesa-gesa, kebersamaan Maryam dan Yudha pun cukup tergambarkan. Drama yang terbangun dengan baik ini membuat kita setelahnya akan sangat bersimpati pada arwah Maryam untuk membalaskan dendamnya. Premis “menghantui untuk balas dendam” ini tentu mengingatkan kita pada film horor tahun 80-an dan 90-an, termasuk juga pada Suzzanna: Bernapas Dalam Kubur yang dirilis tahun lalu. Ditambah lagi, film ini juga menyisipkan unsur komedi yang beberapa kali sukses membuat penonton tertawa, yang dibawakan oleh Bang Kotan (Arief Didu), Sri (TJ), dan Ucup (Anyun Cadel). Meskipun kita lebih akan menertawakan situasi dan kebodohan yang dilakukan dibanding lelucon yang mereka lontarkan.

Saya langsung ingat dengan Kyubi di Naruto saat melihat Si Manis dan selendangnya.

Dalam hal menakuti penonton, film tidak sampai mengeluarkan jumpscare yang mengagetkan dan mengganggu telinga. Penampilan terseram dari Si Manis pun sudah ditunjukkan di trailer-nya. Sayang film menggunakan adegan penampakan terseramnya dalam plot usang yang sudah terlalu banyak digunakan film horor lain (adegan dihantui, tetapi hanya mimpi). Kesadisan yang hendak ditunjukkan pun tampak meyakinkan, meski dengan cara yang repetitif ketika itu dilakukan oleh Si Manis. Namun tenang saja, kita hanya akan ditunjukkan hasil akhir dari momen-momen sadis pada film, baik pada manusia atau hewan, tidak termasuk prosesnya. Termasuk adegan yang menampilkan mayat mengenaskan “musuh” Si Manis di pagi hari di atas jembatan, yang sempat mengingatkan saya pad salah satu scene dari Jigsaw (2017).

Semula kita akan menganggap film ini akan berpola sama seperti Suzzanna: Bernapas Dalam Kubur, dimana pada babak ketiganya si arwah penasaran berhasil menggenapkan balas dendamnya dan bertemu secara dramatis dengan orang yang dicintainya. Namun, sang penulis naskah mengambil langkah penuh resiko, berbelok dari pola tersebut dengan memberikan plot twist yang membagi penontonnya kedalam dua kubu: yang menerima ceritanya berjalan demikian, dan yang tidak. Saya lebih condong ke golongan yang tidak, meski tujuan sang penulis naskah dapat saya maklumi karena niatnya mengangkat isu derajat wanita. Bahkan ketika memasuki bagian akhir, saya menunjukkan reaksi yang hampir serupa dengan ketika mendapatkan plot twist di film #MalamJumat the Movie dan Danur 3: Sunyaruri. Mengapa?

[Spoiler Warning] Paragraf berikutnya mengandung spoiler. Jadi, bagi yang menghindari spoiler silakan langsung scroll down ke paragraf terakhir.

Setelah adegan bodoh tentang polisi yang menanggapi laporan Roy tentang penampakan hantu Maryam, film memberikan adegan pengusiran hantu yang antiklimaks. Dukun pada film ini gagal mengusir arwah Maryam karena sejatinya Maryam masih hidup sebagai manusia biasa, yang ternyata berhasil survive. Identitas Maryam yang ternyata mantan anggota pasukan khusus pun diungkap dan mudah diterima, karena film memberikan petunjuk kecil tentang ini pada babak pertamanya. Pemilihan akhir cerita ini tetap saja meninggalkan banyak plot hole mengenai bagaimana cara Maryam menyusun rencana balas dendamnya, walaupun menyediakan 1-2 flashback yang menjelaskan trik pembunuhan Maryam. Film pun tampak sukses menunjukkan sisi lain Maryam sebagai wanita tangguh, dengan menciptakan ketakutan terhadap para musuhnya. Sayang akhirnya Maryam dibuat bernasib naas alih-alih mendapatkan momen pembunuhan terakhir yang dapat menegaskan karakternya. Segala kejadian berdarah yang terjadi pun akhirnya ditimpakan pada karakter yang tak seharusnya.

[End of spoiler]

Meski menunjukkan ketidak konsistenannya lagi, film ini mempersembahkan scene terakhir dan mid-credit scene-nya bagi mereka yang pernah menonton versi serialnya dulu. Itulah hal terakhir yang dapat saya sedikit apresiasi meski film ini meninggalkan cukup banyak kebodohan. Ketika nilai awal saya untuk film ini adalah 4.5, akhirnya cukup menurun menjadi 4 dari 10 setelah menyelesaikan ulasan ini.

1 thought on “Review Film Si Manis Jembatan Ancol

  1. Pingback: Multireview Edisi 20: 4 FIlm Indonesia Mei 2023 | Notes of Hobbies

Leave a comment