Daily Archives: December 31, 2019

5 Film Mancanegara Terfavorit Sepanjang 2019

Setiap setelah menonton suatu film, setiap penonton pasti memiliki kesan masing-masing. Ada yang dapat mengambil pelajaran dari cerita yang disajikan, ada yang keluar bioskop dengan rasa puas, ada juga yang kecewa ketika tidak mendapatkan apa yang ia ingin lihat atau rasakan. Termasuk saya, yang kali ini akan mengulas kembali 5 (cukup 5, bukan 10 atau 20) film luar negeri yang menurut saya terfavorit (dan terbaik). Alasan utamanya tentu karena membuat saya senang sekeluar dari bioskop.

Perlu diingat bahwa semua film yang saya sebut di artikel ini adalah film-film yang saya tonton di bioskop dan dirilis tahun 2019. Jadi, kalian tidak akan menemukan film-film seperti Toy Story 4, Once Upon a Time in Hollywood, ataupun Marriage Story (karena saya juga tidak berlangganan Netflix). Sebelum masuk ke urutan 5 hingga 1 film terfavorit saya, mari kita lihat 3 film luar negeri yang juga sangat baik menurut saya, tetapi hanya berakhir dalam daftar honorable mentions di tahun ini. Sebagai catatan lagi, setiap screenshot yang saya ambil untuk setiap film bersumber dari IMDb per tanggal 31 Desember 2019.

Honorable Mentions

1. Knives Out

Saya cukup senang tahun ini kembali menemukan film detektif di layar lebar. Knives Out berbeda dengan film-film misteri yang pernah saya tonton karena jawaban dari misteri pada film sudah diberikan lebih dulu kepada penonton. Namun, yang film ungkapkan pada penonton tentu tidaklah sesederhana yang dibayangkan. Maka itu film menuntun kita pada proses Detektif Blanc menemukan “lubang donat” dalam kasus yang ditanganinya, juga sosok misterius yang memanggilnya. Untuk sebuah film misteri, Knives Out pun berhasil tampil menghibur berkat kemunculan Ana De Armas sebagai Marta. Saat mengulas film ini, saya memberikan nilai 8 dari 10 karena saya tetap bisa menebak sebagian dari misteri yang belum terjawab.

2. Joker

Sosok manusia gila musuh bebuyutan Batman akhirnya diungkap asal usulnya. Berkat memerankan Joker, Joaquin Phoenix pantas mendapatkan banyak penghargaan di masa mendatang. Karakter Arthur Fleck sebagai sosok dibalik wajah Joker berhasil menarik simpati saya. Naskahnya pun cukup detil dalam menceritakan apa yang membuat Arthur menjadi Joker. Untuk para penggemar DCEU pun, film ini sempat menghadirkan sosok Bruce Wayne kecil dan adegan reka ulang kematian orang tuanya yang klasik. Diceritakan dari sudut pandang seorang yang sudah gila, tentu film ini kurang memberikan argumen pengimbang tentang aksi gila yang dilakukan sosok Joker. Wajar saja jika banyak netizen berakal pendek yang menyimpulkan “Orang jahat adalah orang baik yang tersakiti” setelah menonton asal usul dari Joker. Ulasan saya untuk film ini diakhiri dengan memberikan nilai 8 dari 10 juga.

3. It Chapter Two

Meski merupakan sekuel dari sebuah film horor, It Chapter Two tetap memberikan akhir yang manis bagi semua pemerannya. Film keduanya ini tetap dibuka dengan momen mengerikan, menegaskan bahwa sosok It dibalik badut Pennywise adalah sosok yang tak mengenal kata kasihan. Ia juga berhasil menunjukkan rasa takut yang berbeda-beda terhadap losers gang, dimana tak selalu harus berdasarkan pada makhluk seram atau fobia. Sebagai contoh, rasa takut akan terkuaknya rahasia kita, atau takut jika cinta kita ditolak. Di saat penonton lain ada yang kecewa dengan film ini karena berbeda cukup jauh dengan versi novelnya, saya yang belum membaca novelnya tetap puas dengan film ini. Meski demikian, saya tetap memiliki beberapa pertanyaan tak terjawab yang membuat saya memberikan nilai hanya 8 dari 10 untuk It Chapter Two.

Kemudian, mari kita langsung membahas 5 film mana saja yang paling saya puja-puji di tahun ini, dimulai dari urutan kelima.

Favorite List

5. Us

Mungkin Us adalah satu-satunya film horor di tahun ini yang dapat saya rekomendasikan pada kalian. Dari sudut pandang yang belum menonton Get Out, karya sebelumnya dari Jordan Peele, Us sedikit meninggalkan rasa ngeri sepulang dari bioskop. Sosok mengerikan pada film ini adalah The Tethered, versi jahat dari keluarga utama pada film ini yang wujudnya sama persis dengan masing-masing anggota keluarga. Selain puas melihat para pemeran memerankan dua versi dari mereka (si protagonis dan antagonis), saya pun cukup senang dengan pesan-pesan yang ditinggalkan di film ini, seperti kritik akan United States (US, paham?) dan tingkah laku penduduknya. Plot twist pada akhir film ini pun ditanamkan dengan baik sejak awal, banyak petunjuk sudah diberikan bagi penonton yang teliti. Saya pun dulu cukup terobsesi dengan pembahasan “pesan tersirat” yang tersebar, seperti angka 11:11, yang membuat saya mengagumi film ini dan memberikan nilai 8 dari 10.

4. Avengers: Endgame

Avengers: Endgame adalah film Marvel yang paling ingin saya tonton sejak menonton Avengers: Infinity War tahun lalu. Dalam durasinya yang panjang, Endgame berhasil memberikan fan service dalam taraf yang pas mengenai setiap jagoan yang ditampilkannya. Meski babak keduanya agak membuat ngantuk, film ini melengkapi karakter dari The original Avengers yang karakternya sudah tertanam sejak 20 film sebelumnya. Tak lupa, film juga membuka pintu bagi cerita-cerita baru untuk fase keempat dari MCU dan berbagai series yang direncanakan mulai tayang. Babak ketiga film ini pun banyak meninggalkan momen-momen yang berkesan semenjak ketiga Avengers yang pertama bertarung dengan Thanos yang sudah kuat walau tanpa batu-batu incarannya. Semua jagoan yang pernah kita temui mendapatkan porsinya meski diakhiri dengan momen perpisahan para The original Avengers, termasuk Captain Marvel yang baru dimunculkan di momen krusial. Momen pertarungan pada film ini tidak dibuat seintens pada Infinity War, tetapi tetap saya berikan nilai 8.5 dari 10 secara keseluruhan (yang ternyata sama dengan rating dari IMDb).

3. EXIT

Ketika saya sedang jenuh dengan film Indonesia dan Hollywood yang begitu-begitu saja, film dari Korea membawa angin segar, mengusung premis menarik meski saat di Indonesia ditayangkan terbatas (tidak tayang di XXI). EXIT adalah salah satu film Korea yang saya apresiasi berkat idenya yang menarik dalam mendatangkan bencana di sebuah perkotaan yang sibuk. Selain karena pemeran utamanya yang rupawan (Jung-suk Jo dan Im Yoona), film ini berkesan karena menghadirkan pertunjukan yang menegangkan hingga babak ketiganya. Saya betul-betul ingin menonton EXIT lagi dan lagi demi melihat kedua pemeran utama terus berlari dan menyelamatkan diri in a smart way selain melihat flashlight mob “Tatata tatata tatata!” yang khas pada film ini. Meski di akhir memiliki adegan yang menipu penonton perihal keselamatan kedua tokoh utama (yang saya baru tahu bagaimananya berkat credit scene-nya), film ini tetap saya berikan nilai 8.5 dari 10, saja.

2. Ford v Ferrari

Ford v Ferrari adalah sebuah film biopik dua atlet yang memuaskan dari segi pertunjukan. Film ini adalah contoh dari biopik atlet yang baik yang dramanya pun disajikan relevan dengan olahraga yang ditekuni sang atlet. Meski saya tidak mengerti apapun mengenai dunia balap mobil ketika menontonnya, saya tetap mengerti motivasi dan perjuangan Shelby dan Miles dalam karirnya, juga tetap dibuat tegang dalam setiap adegan perlombaan yang disajikan. Dalam menarasikan suasana kompetisinya pun film ini sukses baik dari dalam maupun luar sirkuit. Saya sangat beruntung untuk tidak melewatkan film ini, yang saya berikan nilai 8.5 dari 10. Andaikan naskah mengizinkan Beebe dihajar hingga babak belur oleh Shelby, mungkin nilai saya akan menjadi 9.

1. Parasite

Mendapat kesempatan untuk menonton film ini ibarat menemukan kekasih hati. Tanpa ekspektasi apapun, termasuk jenis genre-nya, saya menonton Parasite dengan membawa pulang perasaan yang menyenangkan. Dalam mengkritisi status sosial penduduk di Korea, film disajikan dengan terkadang menghibur, lalu menegangkan setelahnya. Kejutan pada pertengahan film membuat rasa yang diberikan pada film berikutnya menjadi tak terduga, tetapi pesan yang ingin disampaikannya semakin kuat. Dari segi artistik dan akting para pemainnya pun tidak ada yang mengecewakan. Meski saya mengharapkan akhir yang lebih lengkap terkait keluarga si kaya, saya tidak akan bosan ketika menontonnya lagi berkali-kali. Film ini pun menjadi film pertama di tahun ini yang saya berikan nilai 8.5 dari 10.

Itulah kelima film favorit saya sepanjang 2019. Apakah sama dengan film favorit kalian para pembaca?