Monthly Archives: January 2020

Review Film Start-Up

Apakah film ini tentang founder dari sebuah perusahaan yang dibangun dari nol?

Mengingat kita sedang memasuki revolusi industri 4.0, wajar jika saya semula mengira Start-Up adalah film tentang seorang anak muda yang mendirikan perusahaan bersama teman-temannya. Ternyata tidak, frase Start Up pada judul film ini adalah ungkapan untuk memulai apa yang kita ingin lakukan ketika beranjak dewasa. Film ini pun ternyata adalah adaptasi sebuah webtoon berjudul sama. Setelah menontonnya, saya pun mendapatkan sebuah tontonan yang memiliki pesan serupa seperti Parasite, tetapi lebih mudah untuk ditangkap. Pesan apakah itu?

Continue reading

Review Film Akhir Kisah Cinta Si Doel

Akhirnya cerita tentang si Doel diakhiri juga setelah 27 tahun

Akhir Kisah Cinta Si Doel adalah penutup trilogi Si Doel the Movie yang pertama kali dirilis 2 tahun lalu. Pada dua film sebelumnya, kita sudah melihat Doel bertemu kembali dengan Sarah, lalu melihat reaksi Zaenab ketika rumah keluarga Doel didatangi Sarah dan anaknya. Pada film penutupnya inilah akhirnya Doel harus memilih dengan siapa ia akan mempertahankan cintanya.

Film penutup ini diawali cerita pasca kedatangan Sarah (Cornelia Agatha) dan Dul (Rey Bong) ke rumah keluarga Doel (Rano Karno). Sepulangnya mereka, Doel dan Zaenab (Maudy Koesnaedi) pergi ke dokter untuk mendapatkan kabar bahwa Zaenab dinyatakan positif hamil. Namun, Zaenab yang seharusnya tidak stres karena kehamilannya malah merasa bersalah telah menjadi orang yang menyebabkan Doel dan Sarah berpisah. Zaenab pun hendak pergi dari rumah Doel dan berbicara dengan Sarah supaya ia membatalkan upaya perceraiannya. Beberapa hari kemudian, datanglah Dul yang hendak tinggal sementara di rumah Doel, tetapi tidak ditemani Sarah.

Continue reading

Review Film Dolittle

Ketika Iron Man menjadi dokter yang berbicara dengan binatang

Saya tidak begitu ingat apakah saat kecil pernah menonton Dr. Dolittle di TV atau tidak. Yang pasti, saya hanya tahu bahwa Dolittle adalah seorang dokter yang dapat berbicara dengan berbagai macam hewan dan mendapatkan bantuannya. Cerita tentangnya pun sekadar berpetualang dengan hewan-hewan asistennya atau upayanya sebagai dokter. Ketika film terkininya tidak menggunakan titel Dr. dalam judulnya, di situlah saya cukup penasaran mengapa.

Pada Dolittle versi tahun 2020, sosok Dolittle diperankan oleh Robert Downey Jr. Dolittle kini sudah menikah dan tinggal di sebuah rumah besar bersama para binatang yang membantunya. Malang sang istri tewas dalam petualangannya, membuat Dolittle sedih dan menutup diri dari dunia luar. Suatu hari, seorang anak pemburu bernama Tommy tidak sengaja menembak seekor tupai lalu meminta pertolongan ke rumah Dolittle. Di saat yang sama, Rose datang mencari Dolittle supaya ia datang menyembuhkan ratu Victoria yang sakit keras. Para binatang pun meyakinkan Dolittle untuk keluar rumah karena rumah tinggal Dolittle dan para binatang ada berkat sang ratu. Sesampainya di istana, Dolittle menemukan bahwa sang ratu sakit karena racun dan hendak berpetualang untuk mencari penawarnya.

Continue reading

Review Film Anak Garuda

Satu lagi film tentang Sekolah Selamat Pagi Indonesia (SPI)

Minggu ini ada tiga film Indonesia terbaru yang dirilis, yang seolah ditawarkan kepada saya untuk memenuhi hobi mingguan saya. Ada film dokumenter yang tayang sangat terbatas, ada film horor yang dari trailer-nya saja seolah sudah memberitahu saya “Jangan nonton film jelek ini!”, ada juga film remaja yang berpeluang untuk menghibur. Jelas saya memilih opsi terakhir, yang ternyata kisahnya terinspirasi dari para siswa di Sekolah Selamat Pagi Indonesia (SPI). Film ini juga ternyata dibuat oleh rumah produksi yang dikelola oleh para alumni SPI, Butterfly Pictures. Perlu diketahui juga, Anak Garuda bukanlah film pertama yang menceritakan tentang Sekolah SPI, melainkan Say I Love You. Bedanya, tidak ada returning actor dari film pertama, termasuk Verdi Solaiman yang tidak lagi memerankan Koh Jul karena beralih posisi menjadi produser.

Anak Garuda dibuka dengan memperkenalkan profil SPI sekaligus menunjukkan kualitas para lulusannya. Diceritakan Sheren (Rania Putrisari), Olfa (Clairine Clay), Wayan (Geraldy Kreckhoff), Dilla (Rebecca Klopper), Sayyida (Tissa Biani), Yohana (Violla Georgie), dan Robet (Ajil Ditto) mengikuti sebuah kompetisi business plan dan mempresentasikan salah satu bisnis di sekolah mereka, Kampoeng Teenz. Sayang mereka didiskualifikasi karena para juri mengira bahwa mereka yang baru lulus SMA hanyalah “boneka” dari pengusaha profesional. Tertarik dengan konten presentasi mereka, wartawan di lomba itu pun hendak meliput keseharian di SPI. Kemudian, diperkenalkanlah SPI yang merupakan sekolah gratis yang diikuti siswa-siswi tak mampu dari seluruh Indonesia yang menerapkan sistem pendidikan yang berbeda dari sekolah lainnya. SPI didirikan oleh Julianto Eka Putra/Koh Jul (Kiki Narendra) dan lulusannya memimpin berbagai bidang usaha seperti travel, produksi makanan, dan souvenir. Sepanjang adegan pengenalan SPI ini, saya seolah ingin membuka Twitter dan membuat tweet “Ini film wajib tonton bagi kalian yang peduli sistem pendidikan di Indonesia!”

Continue reading

Review Film Playing With Fire

Film keluarga yang tak terduga cukup menghibur

Playing with Fire yang dibintangi John Cena sejatinya bukanlah film tentang aksi para damkar dalam menjalankan tugasnya. Dikisahkan Jake Carson adalah komandan grup smoke jumpers (yang menurutnya berbeda dengan firefighters) yang bertugas di California. Ia terbiasa melakukan aksi pemadaman yang berbahaya bersama ketiga temannya, Mark Rogers, Rodrigo Torres, dan Axe. Suatu hari, keempatnya berinisiatif untuk menyelamatkan tiga anak bersaudara dari sebuah pondok yang terbakar. Mereka berhasil menyelamatkannya meski kurang disukai peneliti lingkungan setempat, Amy Hicks karena mereka mengambil air dari kolam habitat berudu yang sedang ia lestarikan. Setelah aksi tersebut, Carson dihubungi sang komandan divisi, Richard yang segera pensiun. Carson akan dijadikan kandidat pengganti Richard, dan dikirimkan form promosi untuk segera diisi.

Continue reading

Review Film Abracadabra

Ternyata film ini tentang mempercayai keajaiban

Abracadabra sebelumnya sudah ditayangkan tahun 2019 lalu di Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF). Berkat kehadirannya di festival tersebut, sudah cukup banyak mixed review tentang film ini, yang membuat saya makin penasaran. Untungnya, film ini langsung dirilis secara reguler pada bulan Januari ini, memberikan saya kesempatan untuk menontonnya.

Abracadabra menceritakan seorang grandmaster sulap bernama Lukman (Reza Rahadian) yang hendak pensiun dari karirnya dan merencanakan sebuah atraksi sulap yang gagal. Ia memilih cara demikian untuk pensiun alih-alih menghilang di akhir pertunjukan, seperti ayahnya. Ketika hari pertunjukan tiba, sebuah keajaiban terjadi alih-alih sebuah kegagalan yang ia inginkan. Lukman melenyapkan seorang anak kecil, kemudian orang tuanya juga, dari dalam sebuah kotak sulap peninggalan ayahnya yang ia kira hanya kotak biasa. Atraksi tersebut menarik perhatian seorang kepala polisi (Butet Kertaradjasa) yang menuduhnya telah melakukan penculikan. Film pun berlanjut dengan perjalanan Lukman mencari cara untuk mengembalikan kedua orang yang ia hilangkan melalui kotak itu. Sementara sang kepala polisi dan kedua bawahannya (Ence Bagus dan Imam Darto) terus mengejar Lukman.

Continue reading

Review Film Bombshell

Ternyata skandal yang diungkap di Fox News adalah …

Sebagai disclaimer, saya menonton Bombshell tanpa berbekal mengenai peristiwa apa yang pernah diungkap di kantor Fox News yang senantiasa menyajikan berita konservatif. Dengan demikian, saya tidak tahu skandal apa yang ingin diceritakan di film ini, yang membuat posternya dilabeli “Based on a real scandal.” Bahkan, saya mengira rahasia yang ingin diungkap oleh sang pemeran utama berkaitan dengan presiden USA saat ini, Donald Trump, karena film diawali dengan masa kampanye calon presiden dari partai Republik di Amerika. Ternyata, skandal yang ingin diungkap bukan mengenai hubungan media dan sang calon presiden, tetapi mengenai para wanita yang bekerja di sana.

Bombshell (bermakna berita yang mengejutkan) dibuka dengan Megyn Kelly memperkenalkan lingkungan kerjanya di Fox News dengan terkadang “break the fourth wall“. Kelly adalah news anchor terkenal yang akan memoderasi debat partai Republik. Di hari debat ia melontarkan pertanyaan yang seksis pada Trump, membuat Trump kelak menyerang reputasinya melalui tweet-nya. Untuk menenangkan diri, Kelly disarankan untuk berlibur, tetapi tetap dikejar media. Selesai memperkenalkan Kelly, film beralih pada Gretchen Carlson, mantan pembawa acara Fox and Friends yang dipindahkan ke acara yang jauh kurang populer. Melalui kegelisahan Carlson, konflik utama film ini mulai diungkap, yakni tentang pelecehan seksual yang ia terima di tempat bekerjanya. Ingin menuntut para lelaki yang melecehkannya, sang pengacara memintanya untuk tak gegabah dan menunggu akan adanya pegawai lain yang melaporkan kejadian serupa.

Continue reading

Review Film The Grudge

Bagaimana cara membawa hantu di rumah di Jepang ke Amerika?

Sebenarnya di Indonesia The Grudge ditayangkan pertama kali tanggal 31 Desember 2019 lalu, lebih dulu dari jadwal rilis di US yakni 3 Januari 2020. Namun, saya tetap menontonnya di tahun 2020 dan menjadikan film ini sebagai film pertama yang saya tonton di bioskop tanggal 1 Januari lalu. Sayang pengalaman menonton pertama saya di tahun ini dimulai dengan sebuah film yang cenderung mengecewakan.

The Grudge versi tahun 2020 memiliki cerita yang berpusat pada detektif Muldoon yang baru pindah ke kota kecil dan bekerja sama dengan detektif setempat, Goodman. Muldoon sendiri hanya tinggal bersama anaknya, Burke, karena suaminya baru saja meninggal. Muldoon dan Goodman dipanggil untuk menyelidiki mayat wanita yang diketahui baru saja mengunjungi sebuah rumah beralamat 44 Reyburn Drive. Merasa tak asing dengan rumah tersebut, Goodman mengakui bahwa pernah ada kasus pembunuhan dan bunuh diri di rumah tersebut, yang turut merenggut nyawa tetangga rumah tersebut. Meski sudah diperingatkan Goodman untuk tidak terlalu penasaran dengan kasus tersebut, Muldoon tetap menyelidiki kaitan antara kasus kematian yang berhubungan dengan pengunjung rumah tersebut.

Continue reading

Review Film Rasuk 2

Film yang awal terornya membuat saya ingin berdendang “Entah apa yang merasukimu?”

Mulai tahun ini, sebelum menonton film horor saya bersikap realistis, memasang ekspektasi rendah terhadap beberapa film. Termasuk terhadap sekuel dari Rasuk ini yang film pertamanya relatif mengecewakan. Film ini juga mendapat rating 5/10 di aplikasi Cinepoint (per 3 Januari 2020), sebelum saya menontonnya dan ikut memberikan rating. Setelahnya, saya tentu memberikan rating yang lebih rendah di aplikasi tersebut, karena filmnya memang mengecewakan.

Rasuk 2 menceritakan Bella (atau Isabella, diperankan Nikita Willy) yang tengah menjalani koas dan ditugaskan di ruang otopsi. Bella tidak sendirian, melainkan ditemani oleh kedua teman kuliahnya, Nesya (Lania Fira) dan Alma (Sonia Alyssa), juga dokter pembimbingnya. Bella yang memiliki indera keenam melihat arwah dari jenazah wanita yang akan diotopsinya, dan kemudian merasa diganggu oleh arwah tersebut. Bahkan Bella sampai dibuat pingsan dan dirasuki oleh sang arwah, yang membuat kedua teman-temannya khawatir. Di tempat kostnya, Bella bertetangga dengan Radja (Achmad Megantara), lelaki yang kemudian menjadi dekat dengannya, dan dapat menerima “kelebihan” dari Bella.

Continue reading

Review Film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini

Sebelum tayang reguler di bioskop, saya mengajak untuk menonton film ini dengan ajakan “Nanti Kita Ambyar Tanggal Dua Januari”

Sebelum mengulas film Indonesia pertama yang saya tonton di tahun 2020 ini, saya perlu menjelaskan bahwa saya belum pernah membaca novel karya Marchella FP yang menginspirasi cerita pada film ini. Saya pun belum pernah menonton mini series dari film ini, yang ternyata merupakan prequel dari film ini. Dengan demikian, ulasan yang akan saya tulis murni dari sudut pandang penonton baru, yang belum mengenal Awan dan keluarganya.

Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (yang berikutnya akan saya singkat NKCTHI) mulanya memusatkan cerita pada Awan (Rachel Amanda), anak bungsu dari keluarga Narendra (Donny Damara) dan Ajeng (Susan Bachtiar). Sesuai narasi awalnya, film dimulai dengan momen sebelum kelahiran Awan, tetapi langsung beranjak menuju 21 tahun kemudian, ketika Awan telah bekerja sebagai karyawan probation di sebuah firma tata ruang. Sepulangnya Awan dari kerja, kita juga diperkenalkan dengan Angkasa (Rio Dewanto), anak sulung yang sejak kecil dituntut untuk melindungi kedua adiknya. Satu lagi kakak Awan adalah Aurora (Sheila Dara), anak tengah yang tampak lebih suka mengasingkan diri di studio-nya.

Continue reading