Daily Archives: January 1, 2020

5 Film Indonesia Terfavorit Sepanjang 2019

Sama seperti artikel sebelumnya, kali ini saya akan merekap 5 film Indonesia yang menurut saya terfavorit (dan terbaik). Perlu diingat bahwa semua film yang saya sebut di artikel ini adalah film-film yang saya tonton di bioskop dan dirilis tahun 2019. Jadi, kalian tidak akan menemukan 27 Steps of May, yang meskipun saya nilai baik tetapi tidak saya tonton langsung ketika tayang reguler di bioskop. Begitu juga dengan Kucumbu Tubuh Indahku yang saya lewatkan di bioskop dan Abracadabra yang baru akan tayang reguler pada Januari 2020.

Sebelum membahas urutan 5 hingga 1, mari kita lihat 3 film Indonesia yang juga baik menurut saya, tetapi hanya sebagai honorable mentions di tahun ini. Kebetulan semua film yang saya masukkan dalam daftar tersebut saya beri nilai 7 dari 10 semua. Sebagai catatan lagi, setiap screenshot yang saya ambil untuk setiap film bersumber dari IMDb per tanggal 1 Januari 2020. Saya pun menyertakan jumlah penonton masing-masing film yang didapat dari aplikasi Cinepoint.

Honorable Mentions

1. Orang Kaya Baru

Jumlah penonton terakhir: 1.118.738

Film ini juga masuk kedalam daftar film Indonesia favorit saya pada semester pertama 2019. Untuk tahu mengapa, silakan baca lagi alasannya di sini.

2. Perempuan Tanah Jahanam

Jumlah penonton terakhir: 1.795.068

Tahun ini mungkin salah satu tahun terproduktif Joko Anwar sepanjang karirnya. Joko akhirnya merilis film yang naskahnya sudah dipersiapkan sejak lama, Perempuan Tanah Jahanam, atau Impetigore. Dimulai dengan pembuka yang sudah dibuat menegangkan, sayang awal kengerian utama di film ini dimulai dengan dialog yang bodoh, “Saya Rahayu.” Selain itu, cara pengungkapan misteri yang tergesa-gesa di film ini akhirnya membuat akhir film tak lagi menyeramkan, membuat saya agak kecewa. Meski demikian, upaya Joko dalam membangun kengerian di desa Harjosari layak diapresiasi, yang membuat saya sepakat bahwa Perempuan Tanah Jahanam ibarat Midsommar dalam night mode.

3. Bumi Manusia

Jumlah penonton terakhir: 1.316.583

Bagi yang belum pernah membaca novelnya dan menonton versi teaternya seperti saya, Bumi Manusia tetap sebuah tontonan yang berkesan utamanya berkat penampilan Sha Ine Febriyanti yang paling memberikan nyawa kepada karakternya, Nyai Ontosoroh. Sepanjang tiga jam pemutarannya, meski banyak peristiwa yang diceritakan hanya sekadar intisarinya, film ini berhasil membuat saya bersimpati terhadap ketiga tokoh utama. Sekeluarnya saya dari bioskop pun, saya semakin ingin membaca novel Bumi Manusia beserta ketiga novel lanjutannya segera, demi mengikuti perjuangan seorang Minke.

Berikutnya, mari kita langsung membahas kelima film Indonesia yang paling saya sukai, empat diantaranya (peringkat 2-5) saya berikan nilai 7.5 dari 10.

Favorite List

5. Dua Garis Biru

Jumlah penonton terakhir: 2.538.473

Dua Garis Biru pastinya masuk dalam daftar film favorit saya meski tidak berada dalam posisi tiga besar. Debut Gina S. Noer ini wajiblah mendapatkan banyak pernghargaan, salah satunya berkat long shoot adegan UKS yang sangat emosional dan dieksekusi secara mendetil pada babak keduanya. Bahkan film ini sempat mengingatkan saya pada Parasite ketika menyoroti perbedaan keluarga Bima dan Dara. Mengenai pesan yang ingin disampaikan, Gina memaparkannya dengan cukup menyeluruh, dari berbagai aspek seperti kesehatan, sosial, dan agama. Meski memiliki beberapa sub-konflik yang mudah berlalu dan akhir cerita yang kurang lengkap, saya tetap merasa wajib untuk mengenang baik film ini sepanjang 2019 lalu.

4. Imperfect

Jumlah penonton terakhir: 1.602.388, dan masih akan terus bertambah

Semula saya pesimis dengan karya terbaru Ernest Prakasa ini karena merasa trailer-nya sudah memberikan spoiler tentang akhir filmnya. Namun, setelah menontonnya, saya langsung merasa bahwa Imperfect adalah karya terbaik Ernest setelah Cek Toko Sebelah tiga tahun silam. Jika ditanya mana yang terbaik, jawabannya tergantung preferensi masing-masing. Ernest memang masih mengandalkan pola andalannya dalam mengolah alur filmnya, tetapi tetap tidak mengolah konfliknya dengan cara yang sederhana. Para karakter yang muncul dalam film ini pun tidak ditinggalkan dengan karakter yang dangkal. Yang paling saya sukai dari film ini adalah, apa yang dilakukan di akhir cerita, yang memang sudah sepatutnya dilakukan pelaku terkait di dunia nyata.

3. Pretty Boys

Jumlah penonton terakhir: 666.420

Tahun 2019 ini banyak sutradara yang melakukan debutnya, salah satunya Tompi yang sukses mengandalkan kekompakan Vincent dan Desta dalam film pertamanya. Pretty Boys terbilang underrated dan mungkin tidak akan kalian temukan dalam “daftar film terbaik 2019” dari blog lainnya, saya akui itu. Namun, film ini sudah mewakili saya akan apa yang saya rasakan mengenai acara-acara di TV kini. Ketika penonton lain menyukai film ini karena aksi Vincent dan Desta, saya justru lebih menyukai konten meta yang disisipkan pada film melalui penampilan spesial Najwa Shihab dan Natasha Rizky. Aspek drama persahabatan antara Rahmat dan Anugerah pun digambarkan dengan meyakinkan dan cukup mengharukan. Akhir ceritanya, meski trivial, tetap saya sukai karena ibarat pernyataan sikap para pemain dan sutradara terkait “hancurnya pertelevisian”.

2. Ratu Ilmu Hitam

Jumlah penonton terakhir: 907.386

Mungkin inilah pilihan film terfavorit saya yang paling bias sebagai penggemar film horor, menetapkan film ini dalam posisi runner up. Meski dikritik mengenai kelemahan naskahnya dan terlalu banyaknya karakter yang dimunculkan, sebagai sebuah film horor, Ratu Ilmu Hitam tetaplah sebuah tontonan yang mencekam. Mengusung cerita teror oleh pemilik ilmu hitam yang misterius, film ini tampil lengkap dalam menyajikan terornya, tak pandang bulu pula. Ketika teror menimpa pun, hampir tak terlihat kebodohan pada setiap karakternya. Tampil mencekam, misterius, dan sukses menggambarkan sosok ke-immortal-an dari sang antagonis, adalah kunci keberhasilan dari film horor khas Indonesia ini.

1. Love For Sale 2

Jumlah penonton terakhir: 174.720

Love For Sale 2 bagi saya sangat tidak layak hanya mendapatkan 174.720 penonton selama tayang. Film ini layak diapresiasi lebih meski tidak semengejutkan film pertamanya. Setelah membahagiakan seorang jomblo kesepian di film pertamanya, Arini (Della Dartyan) kembali atas pesanan seorang milenial yang bosan disegerakan menikah, Ican (Adipati Dolken). Cerita pada film ini lebih berkesan karena kehadiran Arini menghangatkan keluarga Ican, terutama sang ibu yang ingin mendapatkan menantu yang cocok dengannya. Pembagian karakter dalam keluarga Ican pun terbilang komplit, terdiri dari sang anak sulung yang pernikahannya tidak begitu disukai sang ibu, anak tengah yakni Ican yang belum menikah walaupun mudah dekat dengan perempuan, juga si anak bungsu yang married by accident. Film kedua ini pun sedikit menunjukkan sisi manusia dari Arini yang tentu membuat kita penasaran dengan asal usul Arini. Yang paling membuat saya menyukai film ini tentu akhir ceritanya yang menunjukkan kasih sayang seorang ibu yang tak terhingga, termasuk pada perempuan yang batal menjadi menantunya. Alhasil, film ini pun menjadi satu-satunya film Indonesia yang saya beri nilai 8 dari 10.

Dari kelima film favorit saya tahun ini, ternyata hanya dua yang berhasil mendapatkan lebih dari sejuta penonton. Semoga film-film favorit tahun depan (bukan hanya versi saya) lebih banyak diapresiasi dibandingkan film yang hanya menjual popularitas para pemain dan ide ceritanya (misal untuk film adaptasi novel ataupun remake film lama). Bagi para pembaca, apakah kalian juga menemukan film Indonesia favorit kalian di artikel ini?