Review Film Ratu Ilmu Hitam

Akankah Ratu Ilmu Hitam menjadi film horor terbaik tahun ini?

Setelah menyutradarai DreadOut yang gagal menjadi film horor yang berkesan di awal tahun lalu, Kimo Stamboel kembali membuat versi reborn dari Ratu Ilmu Hitam. Berbekal naskah dari Joko Anwar, seharusnya film ini menjadi film horor yang paling dinanti. Sebelum mulai mengulas film horor terbaru ini, perlu saya katakan bahwa saya belum pernah menonton versi original dari Ratu Ilmu Hitam yang dirilis pada tahun 1981. Karenanya, saya tidak akan membandingkan kedua film tersebut dalam ulasan saya.

Cerita dimulai dengan memperkenalkan Hanif (Ario Bayu), Nadia (Hannah Al Rashid), dan ketiga anak mereka, Sandi (Ari Irham), Dina (Adhisty Zara, yang kembali menjadi daya tarik tersendiri pada film ini), dan Haqi (Muzakki Ramdhan) yang pergi jauh mengunjungi panti yang dulu mengasuh Hanif. Hanif dan keluarganya datang untuk menjenguk pengurus panti yang sedang sakit keras, Pak Bandi (Yayu Unru). Selain Hanif, datang juga dua temannya beserta istrinya masing-masing dengan tujuan yang sama, Anton (Tanta Ginting) dan Jefri (Miller Khan). Saling bertemu, mereka berniat untuk bermalam di panti dilayani Maman (Ade Firman Hakim) dan Siti (Sheila Dara), suami istri yang dulunya anak panti juga dan masih menetap di panti hingga sekarang. Sementara anak-anak Hanif ditemani dua anak panti sebaya, Hasbi (Giulio Parengkuan) dan Rani (Shenina Cinnamon). Hal mengerikan mulai ditampakkan film ketika Hanif dan Jefri menemukan bis berisi anak panti yang semuanya sudah tewas. Setelahnya kejadian-kejadian aneh mulai terjadi di panti tempat mereka bermalam.

Sejak baru dimulai film sudah memberikan peristiwa menegangkan tatkala mobil Hanif menabrak sesuatu di perjalanan. Film langsung membuka misterinya dengan menunjukkan bahwa yang mereka tabrak tak seperti yang mereka pikirkan sebelumnya. Ketika para tokoh baru sampai di panti tempat mereka berkumpul, film konsisten menunjukkan jumpscare yang tak berlebihan, beberapa shot juga dilakukan seolah akan diikuti momen menyeramkan. Memasuki babak kedua, ketika kita terus disuguhi adegan-adegan menyeramkan tanpa henti, kita tidak mendapatkan para pemeran yang melakukan hal-hal bodoh ketika sedang ketakutan. Ketika sesuatu yang mengerikan terjadi, respon para tokohnya logis dan straightforward, mereka sigap saling menyelamatkan satu sama lain tanpa melontarkan dialog bodoh. Para pemerannya pun baik yang dewasa maupun yang belum menunjukkan rasa takut mereka secara cukup meyakinkan.

Film ini tidak memberikan karakter yang dalam kepada para karakter dewasanya. Hanif dan Nadia tak lebih dari orang tua biasa. Kedua teman Hanif yang juga mengunjungi panti akan mudah dilupakan dan kita akan lebih mengingat istri mereka masing-masing, yang satu tomboy dan sangat menjaga postur tubuhnya, satu lagi tak bisa lepas dari gadget dan sangat higienis. Begitulah karakter mereka yang jelas ditampakkan di sepanjang film. Yang akan terkenang oleh kita tentu karakter anak-anak/remaja pada film ini. Muzakki sebagai Haqi kembali menjadi show stealer pada beberapa adegan, cerminan anak kecil dengan rasa ingin tahu yang tinggi dan sok berani. Bahkan Zara yang mengulang karakternya sebagai remaja supel pada Dua Garis Biru pun kalah tersorot.

Dilihat dari judulnya, jelas peristiwa horor yang muncul pada film ini berasal dari kekuatan ilmu hitam. Film ini tak sungkan menunjukkan berbagai macam adegan santet yang berdasar pada fobia masing-masing tokohnya. Kita akan melihat bagaimana setiap tokoh berada dalam nerakanya masing-masing, baik anak-anak maupun dewasa sama-sama tak mendapat belas kasih. Dibandingkan langsung membunuh tiap-tiap tokohnya, sang ratu lebih memilih untuk menyiksa mereka yang dianggap bersalah dari kejauhan. Namun memang begitulah horor dari sang empunya ilmu hitam ditunjukkan, tidak mengenal kasihan, tidak juga terbatas ruang.

Memberikan neraka bagi semua pemeran tanpa terkecuali, di situlah nilai positif dari film ini.

Tentang misteri yang melatar belakangi teror yang terjadi, kita sudah diberikan petunjuk yang faktual dari dialog Hanif dan kawan-kawannya. Film pun berhasil membuat kita ikut menebak-nebak perihal identitas sang ratu ilmu hitam beserta motif dari aksi yang dilakukannya. Misteri pada film ini diungkap secara berangsur-angsur sambil mengeksplor masa lalu yang terjadi di panti tersebut. Ketika akhir dari misteri terungkap, barulah film menunjukkan identitas sang ratu ilmu hitam beserta motivasinya. Ya, sang ratu baru ditunjukkan pada babak ketiga film. Perihal motifnya, tak jauh-jauh dari urusan balas dendam atas perbuatan keji dan fitnah yang terjadi di masa lalu. Perbuatan keji apa yang dilakukan pun cukup tak terduga sejak awal film.

Kelemahan lain dari film ini adalah resolusi teror yang relatif mudah, kedatangannya bagai keajaiban dari langit. Walaupun masih menjayikan adegan yang mengerikan, kita tetap tidak puas dengan dua momen heroik yang tiba-tiba terjadi, menutup teror para tokoh dengan mudahnya. Seperti film horor kebanyakan, film ini juga masih meninggalkan plot hole yang kemungkinan konklusinya diserahkan pada tafsiran setiap penontonnya. Ibarat akan dijadikan premis untuk film keduanya apabila film pertama ini mendapat penerimaan yang positif. Namun akhir film ini tetap memuaskan para penggemar film horor ketika Kimo sekedar menunjukkan bahwa pemilik ilmu hitam sejati adalah sosok yang immortal.

Film ini akhirnya berhasil menunjukkan kualitas dan standar film horor Indonesia. Dapat saya katakan, Ratu Ilmu Hitam lebih baik dibandingkan Perempuan Tanah Jahanam yang kini masih tayang di bioskop dan lebih layak mendapatkan tepuk tangan ketika pemutaran film selesai. Melihat masih memiliki beberapa kekurangan, nilai 7.5 dari 10 saya kira sudah cukup untuk film ini.

Satu lagi, bersamaan dengan credits film, sang produser menunjukkan tribute-nya terhadap versi original dari Ratu Ilmu Hitam. Bagi yang pernah menontonnya, akan terobati rasa rindunya akan aksi horor seorang Suzzanna. Bagi yang pernah menontonnya juga, ternyata akan mudah menebak siapa sang ratu di film versi remake-nya ini.

2 thoughts on “Review Film Ratu Ilmu Hitam

  1. Pingback: 5 Film Indonesia Terfavorit Sepanjang 2019 | Notes of Hobbies

  2. Pingback: Review Film Ivanna | Notes of Hobbies

Leave a comment