Tag Archives: Rapi Films

Review Film Sijjin

Adaptasi horor Turki yang ikut meramaikan khazanah perhororan kita

Sijjin diadaptasi dari film horor Turki berjudul Siccin (2014) yang dilafalkan sama dengan judul versi Indonesianya. Film aslinya memiliki lima sekuel yang mana saya belum pernah menonton semuanya. Maka itu, tidak akan ada perbandingan langsung antara kedua versi film tersebut pada tulisan ini. Saya pun merasa tidak perlu menonton versi Turkinya terlebih dulu sebelum menonton film horor terbaru dari Hadrah Daeng Ratu ini. Yang perlu dipahami terlebih dulu adalah bahwa judul Sijjin/Siccin merupakan istilah untuk buku yang berisi catatan kejahatan para pendosa, yang disebutkan dalam surat Al-Mutaffifin. Sederhananya, film seri Siccin berisikan cerita tentang para pendosa.

Continue reading

Review Film Mohon Doa Restu

Drama komedi untuk para calon mertua

Mohon Doa Restu menjadi penyegar, pengundang tawa yang hadir di sela-sela antrian film horor yang meramaikan bioskop pada bulan lalu. Sesuai dengan judulnya, film ini menceritakan persiapan pernikahan yang lebih didominasi oleh orang tua mereka alih-alih kedua calon pengantin. Narasinya cukup mengingatkan saya pada resolusi dari Temen Kondangan (2020) yang tayang tiga tahun lalu, tentang kepentingan siapa kah pernikahan diadakan? Yang mana ceritanya akan cocok ditujukan kepada para calon mertua di luar sana.

Continue reading

Review Film Galaksi

Film yang memasangkan Bryan dan Mawar Eva lagi?

Film remaja adaptasi Wattpad tentang anggota geng motor yang menyukai siswi baik-baik. Ketika memiliki impresi awal demikian tentang Galaksi, saya langsung teringat dengan beberapa film remaja yang hadir sebelum ini. Sebut saja yang paling baru yakni Argantara (2022) dan yang paling laris, Dilan 1990 (2018). Ingatan yang membuat saya pesimis dengan karya terbaru dari Kuntz Agus ini. Namun, persepsi saya berubah kala mendengar reaksi dari para penonton awalnya, yang justru merekomendasikan Galaksi. Ketika saya mencoba menontonnya sendiri, memang benar bahwa Galaksi berbeda dengan film remaja yang sudah-sudah.

Continue reading

Review Film Waktu Maghrib

Satu lagi film horor yang dekat dengan pengalaman masa kecil kita

Ketika tulisan ini selesai dibuat, Waktu Maghrib sudah menjadi film Indonesia pertama yang meraih satu juta penonton. Selain karena horor masih menjadi genre terlaris bagi penonton kita, karya terbaru dari Sidharta Tata ini akan sedikit membangkitkan memori penontonnya. Ingat nasihat orang tua kita untuk lekas pulang sebelum Maghrib? Nah, kira-kira premis tersebut yang ditawarkan ketiga penulis naskahnya. Ketika kita mengabaikan perintah tersebut, bahaya apa yang menanti?

Continue reading

Multireview Edisi 14: 4 Film Indonesia November 2022

Terhitung 12 film keluaran tahun 2022 yang saya tonton pada bulan November lalu. Tidak terlalu banyak, tetapi sebagian besar menarik sehingga semuanya tidak akan sempat untuk dibuatkan versi panjangnya. Kali ini, akan ada 4 film Indonesia yang akan saya ulas agak singkat, yang ternyata tidak semuanya ditayangkan lewat bioskop. Karena di era kebiasaan baru ini, film-film yang tayang di bioskop ataupun media lain (layanan streaming atau pemutaran khusus) semakin saling melengkapi.

Continue reading

Review Film Qodrat

Film horor yang kembali ke Qodrat-nya

Di masa lalu, baik dalam format film maupun sinetron, banyak tontonan horor kita yang memiliki premis sederhana: kebaikan melawan kejahatan. Pihak yang baik kerap diwakili oleh sosok ustad yang di akhir film melemparkan ayat-ayat suci demi mengusir setan (wakil dari kaum yang jahat). Beberapa tahun belakangan ini, film horor yang beredar tidak sesederhana itu. Protagonis kita, bahkan bila digambarkan lebih suci, tidak selalu mudah mengalahkan kejahatan. Motivasi penulis naskahnya beragam, ada yang ingin lebih menunjukkan sisi humanis dari kaum yang suci atau menunjukkan realita bahwa kini kejahatan tidak selalu kalah. Di tahun ini, kita memiliki Qodrat dengan pemeran utama seorang ustad peruqyah melawan setan yang begitu kuat. Namun, setelah menontonnya secara keseluruhan, Qodrat tidak sesederhana tentang upaya melawan kejahatan.

Continue reading

Review Film Jailangkung: Sandekala

Misi lain Kimo untuk memperbaiki sebuah franchise horor

Setelah mengangkat derajat semesta Danur lewat Ivanna, Kimo Stamboel kembali mendapatkan misi untuk menyelamatkan franchise horor lain yang pernah menuai feedback negatif, yaitu Jailangkung (2017 dan 2018). Saya belum pernah menonton Jailangkung (2017) dan Jailangkung 2 (2018), kedua film horor modern yang menampilkan boneka kayu yang dipercaya sebagai boneka pemanggil arwah. Namun, saya cukup melihat rating kedua film tersebut di Letterboxd (keduanya mendapatkan rerata 2.0 dari skala 5.0) untuk mengurungkan niat saya menonton keduanya sebelum mengulas Jailangkung: Sandekala. Tanpa menonton kedua film tersebut pula, saya tetap mudah menangkap bahwa karya terakhir Kimo ini memang spin-off dari Jailangkung. Pasalnya, ada special appearance pemeran utama dari kedua film Jailangkung yang gunanya hanya menegaskan bahwa boneka kayu yang ditemukan protagonisnya adalah boneka Jailangkung.

Continue reading

Review Film Noktah Merah Perkawinan

Punya plot berbeda dengan sinetronnya, tetapi ceritanya lengkap juga

Tahun ini, setidaknya saya sudah mendapati 3 sinetron lawas yang diadaptasi menjadi sebuah film bioskop. Yang paling terakhir, adalah Noktah Merah Perkawinan, yang tidak terlalu menarik perhatian saya karena saya tidak pernah menonton versi sinetronnya hingga saat ini. Yang saya tahu hanyalah dialog ikonik “Tampar aku, Mas!” yang juga direkonstruksi dalam salah satu adegan pada filmnya. Namun, bagi yang pernah, film yang disutradarai Sabrina Rochelle Kalangie ini, wajib dinanti. Minimal, mereka akan kembali bertemu Priambodo, Ambar, dan Yulinar dalam kisah yang mirip dengan versi sinetronnya. Ditambah lagi, penampilan spesial dari Ayu Azhari akan menjadi daya tarik tersendiri meski dirinya tidak lagi berperan sebagai Ambar.

Continue reading

Review Film Pengabdi Setan 2: Communion

Film horor pertama Indonesia yang tayang di IMAX

Tidak perlu diperdebatkan lagi bahwa Pengabdi Setan 2: Communion adalah film horor lokal yang paling dinanti di tahun ini. Teaser suara siksa kubur, penampakan pocong, hingga pengumuman bahwa film ini akan ditayangkan di format IMAX semakin menumbuhkan rasa penasaran penonton. Ternyata, penantian sebagian besar penonton terbayar impas berkat berbagai pengalaman horor segar yang disajikan Joko Anwar. Sayang sekali, bagi penonton yang lebih peduli dengan cerita dari filmnya, perlu bersabar sekali lagi menanti installment berikutnya dari Pengabdi Setan.

Continue reading

Review Film Dear Nathan: Thank You Salma

Film remaja yang ternyata lumayan berisi

Sebelum menonton film terakhir yang diadaptasi dari karya Erisca Febriani ini, tentu saya terlebih dulu menonton kedua film sebelumnya. Trilogi Dear Nathan, selain menceritakan kisah cinta antara kedua tokoh utamanya, ternyata konsisten membungkus sebuah isu penting. Hal ini lah yang membuat trilogi Dear Nathan tampil lebih berisi dibandingkan drama remaja lainnya. Semula saya pun berniat membuat artikel multireview lagi untuk ketiga film Dear Nathan. Namun, niat tersebut saya urungkan karena untuk film penutupnya ini saja ada cukup banyak aspek yang menarik untuk dibahas. Salah satunya tentu tema dari film ini yang kini sedang ramai untuk dibicarakan.

Continue reading