Review Film Bombshell

Ternyata skandal yang diungkap di Fox News adalah …

Sebagai disclaimer, saya menonton Bombshell tanpa berbekal mengenai peristiwa apa yang pernah diungkap di kantor Fox News yang senantiasa menyajikan berita konservatif. Dengan demikian, saya tidak tahu skandal apa yang ingin diceritakan di film ini, yang membuat posternya dilabeli “Based on a real scandal.” Bahkan, saya mengira rahasia yang ingin diungkap oleh sang pemeran utama berkaitan dengan presiden USA saat ini, Donald Trump, karena film diawali dengan masa kampanye calon presiden dari partai Republik di Amerika. Ternyata, skandal yang ingin diungkap bukan mengenai hubungan media dan sang calon presiden, tetapi mengenai para wanita yang bekerja di sana.

Bombshell (bermakna berita yang mengejutkan) dibuka dengan Megyn Kelly memperkenalkan lingkungan kerjanya di Fox News dengan terkadang “break the fourth wall“. Kelly adalah news anchor terkenal yang akan memoderasi debat partai Republik. Di hari debat ia melontarkan pertanyaan yang seksis pada Trump, membuat Trump kelak menyerang reputasinya melalui tweet-nya. Untuk menenangkan diri, Kelly disarankan untuk berlibur, tetapi tetap dikejar media. Selesai memperkenalkan Kelly, film beralih pada Gretchen Carlson, mantan pembawa acara Fox and Friends yang dipindahkan ke acara yang jauh kurang populer. Melalui kegelisahan Carlson, konflik utama film ini mulai diungkap, yakni tentang pelecehan seksual yang ia terima di tempat bekerjanya. Ingin menuntut para lelaki yang melecehkannya, sang pengacara memintanya untuk tak gegabah dan menunggu akan adanya pegawai lain yang melaporkan kejadian serupa.

Di awal film, sang sutradara menjelaskan akan adanya karakter fiktif tambahan pada film ini untuk alasan dramatisasi. Karakter fiktif tersebut adalah Kayla Popisil, pegawai baru di Fox yang berasal dari keluarga relijius. Semula Popisil bekerja dengan Carlson tetapi ditawari pindah ke program milik Bill O’Reilly. Suatu hari ia diminta datang ke kantor Roger Ailes, pimpinan Fox News. Kita tentu mudah menebak apa yang akan terjadi padanya saat duduk berdua dengan Ailes, yang kebiasannya terhadap para pembaca berita wanita sudah ditunjukkan terlebih dahulu. Dari ketiga pemeran utama, justru karakter Popisil yang paling menonjol, paling dapat saya rasakan isi hatinya. Popisil berhasil mewakili kegelisahan yang dialami para pegawai wanita lainnya.

Adegan lift adalah benang merah

Mengangkat cerita tentang penyelidikan kasus yang kontroversial di lingkungan Fox News, saya kira film ini akan bergulir seperti Dark Waters, sesama film bertema investigasi. Dibandingkan mencari bukti, pada film ini Carlson lebih menunggu akan adanya kasus pelecehan serupa yang terungkap. Dibandingkan proses hukum seperti penyidikan dan sidang, film lebih menyoroti perang dingin antara Carlson dan Ailes setelah tuntutan Carlson dilayangkan. Kita akan melihat reaksi pegawai wanita lain ketika melihat tuntutan Carlson di berita, begitu juga dengan reaksi dari Ailes dan konsultan hukumnya. Memang tidak ada bukti langsung yang ditunjukkan oleh film, karena film sejak awal ingin kita mempercayai pengakuan dari para pemeran utama. Alhasil saya merasa ada adegan yang hilang ketika Carlson berkata memiliki bukti kebejatan bosnya di babak ketiga.

Cerita pada film ini sebenarnya agak terdistraksi oleh persoalan yang diceritakan pada film tetapi diluar konteks kasus pelecehan seksual. Misalnya, pandangan politik teman kerja Popisil di Fox, meski berkaitan dengan impian untuk bekerja di Fox. Dalam mengikuti proses Carlson dalam menginspirasi wanita lain untuk ikut menggugat Ailes, film menyisipkan cukup banyak tokoh tambahan. Tokoh-tokoh tersebut terdiri dari saksi tambahan, orang-orang yang either mendukung Ailes atau Carlson dan Kelly. Pengenalan karakter-karakter baru tersebut cukup sulit untuk diikuti dan diingat, juga dipahami motivasinya. Namun, saya mengerti fungsi mereka dalam film ini. Ada yang menjadi representasi dari upaya Ailes untuk lari dari tuntutan, ada juga yang menggambarkan bagaimana rumor skandal di kantor mereka dapat menyebar. Dilema apakah pegawai wanita lain akan ikut menggugat Ailes atau memilih untuk mengamankan karirnya pun ditunjukkan meski tidak mendalam.

Proses pengungkapan skandal pada film ini cenderung cepat dan kurang bisa dinikmati. Jika kalian menanti adegan yang menegangkan dan mengancam keselamatan para karater utama pun, kalian takkan mendapatkannya. Meski demikian, Bombshell memiliki pesan yang sangat powerful di akhir filmnya, yang disampaikan setelah skandal besar terungkap. Pesan yang disampaikan melalui karakter Popisil tersebut berlaku bagi wanita di manapun, untuk tegas menentukan untuk bertahan atau pergi jika mengalami perlakuan serupa. Untuk pesan tersebut, saya merasa layak untuk menaikkan nilai personal saya untuk film ini, menjadi 6.5 dari 10.

1 thought on “Review Film Bombshell

  1. Pingback: Review Film She Said | Notes of Hobbies

Leave a comment