Review Film Temen Kondangan

Film yang membawa sentilan bagi para selebgram dan orang tua pengantin

Temen Kondangan adalah sebuah komedi segar yang menceritakan Putri (Prisia Nasution) yang mendapatkan undangan pernikahan dari mantannya, Dheni (Samuel Rizal). Sebagai seorang selebgram terkenal, ia merasa tertantang untuk hadir pada pernikahan Dheni dan Fitri (Olivia Lubis Jensen) dan memegang prinsip untuk tidak datang sendirian. Bingung ingin datang dengan siapa, Putri pun mengajak tiga pria untuk menemaninya ke undangan Dheni.

Pertama, saudara dari asistennya, Sari (Chika Waode) yang bernama Juna (Kevin Julio). Juna adalah seorang penikmat pesta yang dikenal sebagai wedding crusher di kalangan para wedding organizer. Kedua, teman sekolahnya yang ia temui di bar, Yusuf (Reza Nangin). Yusuf adalah vokalis band yang sedang berkonflik dengan band-nya dan diam-diam mencintai Putri. Ketiga, bosnya yang bernama Galih (Gading Marten). Putri akhirnya datang ke undangan Dheni bersama Yusuf. Namun, Galih dan Juna juga sama-sama datang dan mengaku sebagai pasangan Putri. Galih, selain menganggap serius ajakan Putri, datang karena memiliki motivasi tersendiri. Kehadiran ketiganya tentu membuat teman-teman Putri penasaran siapakah kekasihnya sebenarnya. Apa yang dialami ketiganya di gedung undangan pun menghasilkan kekacauan tak terduga pada pesta pernikahan Dheni dan Fitri, yang keduanya merupakan anak bos perusahaan terkenal.

Siapa sangka ternyata ketiga lelaki yang diajak oleh Putri ke undangan akan menimbulkan masalah masing-masing. Naskah film ini seolah mempertemukan konflik dari ketiganya dalam sebuah gedung resepsi pernikahan secara ajaib, demi menghasilkan adegan kekacauan yang mungkin terjadi pada acara resepsi. Selain oleh ketiga lelaki tersebut, kerusuhan pada film ini juga diperparah oleh konflik dari keluarga pengantin yang tiba-tiba muncul. Kekesalan sang pengantin dan pertengkaran para orang tua nantinya akan membuat suasana pada film ini semakin kacau. Gedung resepsi selaku latar mayoritas dari film ini alhasil cukup berhasil dimanfaatkan untuk menunjukkan berbagai hal yang lucu dan konyol. Dalam titik terkacaunya, film ini berhasil membuat saya tertawa lepas dan mengesampingkan logika dari naskah film ini secara keseluruhan.

Di mana lagi kita akan menemukan tamu undangan yang menari seheboh ini?

Apa yang mencuri perhatian pada film ini bukan hanya kekacauannya yang dihasilkan. Akting Prisia Nasution yang menggunakan logat Sunda cukup menarik karena ia mengucapkannya dengan cukup fasih tanpa terkesan memaksa. Penonton pun akan betah melihat penampilan Samuel Rizal dan Olivia Jensen yang menjadi pengantin. Sementara itu karakter Galih yang dibawakan Gading Marten akan sedikit mengingatkan kita pada Richard dalam Love For Sale. Hanya saja peran Gading kali ini dibuat lebih agresif dan halu. Secara mengejutkan, film ini juga melibatkan aktor dan aktris yang sering muncul di TV pada tahun 90-an seperti Iszur Muchtar dan Feby Febiola. Tak kalah menarik adalah upaya MNC Pictures menyelipkan referensi atas kedua film lainnya pada film ini, yakni Preman Pensiun (tokoh Murad dan Pipit sebagai satpam) dan Toko Barang Mantan yang akan tayang bulan Februari ini. Melihat referensi tersebut, saya merasa seolah MNC Pictures sedang membangun universe-nya sendiri.

Tokoh utama kita, Putri digambarkan sebagai selebgram yang sangat bergantung pada followers-nya. Ia akan panik jika jumlah follower-nya berkurang. Keputusannya untuk membawa pasangan ke resepsi Dheni pun karena pengaruh dari media sosial favoritnya itu. Tentu karakternya lah yang nanti akan paling banyak digali, termasuk alasan putusnya ia dengan Dheni di masa silam. Melalui Putri, film ini cukup berhasil menyentil para selebgram yang tak punya pendirian dan diperbudak oleh followers-nya. Nantinya lagi, film akan sedikit menggambarkan perubahan sikap Putri setelah keputusannya untuk membawa temen kondangan berbuah kekacauan.

Melalui keluarga pengantin yang mendadak berkonflik, film ini juga memberikan sindiran terhadap para keluarga calon pengantin. Sebagai minor spoiler, akan ada seorang karakter yang menyuarakan urgensi resepsi pernikahan yang megah. Kemewahan tersebut, ditunjukkan demi membahagiakan sang anak atau hanya untuk kepuasan orang tua? Pesan tersebut cukup lantang meski konflik mereka akhirnya inkonklusif. Dalam menyimpulkan ceritanya, saya agak kurang setuju dengan dua keputusan yang diambil film ini. Pertama, resolusi konflik yang membutuhkan latar cukup jauh dari gedung resepsi, yang membuat ceritanya semakin absurd. Kedua, resolusi untuk Putri yang menurut saya kurang diberikan. Padahal ketiga lelaki yang dibawanya masing-masing mendapatkan konklusi yang layak.

Akhirnya saya akan mengenang Temen Kondangan sebagai sebuah film yang benar-benar rusuh, tetapi berhasil menghibur. Berdasarkan apa yang saya suka dan tidak suka, saya pun memberikan nilai 6 dari 10 untuk film ini.

2 thoughts on “Review Film Temen Kondangan

  1. Pingback: Review Film Toko Barang Mantan | Notes of Hobbies

  2. Pingback: Review Film Mohon Doa Restu | Notes of Hobbies

Leave a comment