Review Film The Closet

Satu lagi cerita horor yang melibatkan anak kecil.

The Closet menambah daftar film horor yang menceritakan anak kecil yang berinteraksi dengan sosok yang mengerikan. Semula, saya kira kata “closet” yang dijadikan judul film merujuk pada tempat untuk buang air. Namun, maksud sebenarnya adalah lemari pakaian yang pada film ini dijadikan portal antara dua dunia. Maka kebingungan saya pun terjawab ketika menanyakan hubungan objek yang sempat digunakan untuk suatu ritual pada awal film (yakni closet toilet) dengan cerita pada film secara keseluruhan.

Film dimulai dengan menunjukkan video ritual yang dilakukan seorang wanita. Entah ia melakukannya untuk apa, pada akhirnya ia tewas berkat sesuatu yang tak terlihat. Maju beberapa tahun, kita menyaksikan tokoh utama, Sang-won dalam perjalanan menuju rumah barunya bersama anaknya, Ina. Sang-won terpaksa mengurus anaknya sendirian pasca kematian istrinya karena kecelakaan. Ditambah lagi, ia masih suka mengalami panic attack akan kecelakaan itu dan belum terlalu akrab dengan sang anak. Sang-won tampak lebih memperhatikan pekerjaannya dibanding quality time bersama Ina. Di rumah barunya, tepatnya di kamarnya, Ina bertemu sosok anak kecil dan berteman dengannya. Tentu Ina merasa punya teman baru dan memilih untuk ikut sosok tersebut ke alam yang tidak diketahui, menghilang di rumahnya sendiri.

Mendengar berita hilangnya Ina, seorang paranormal bernama Kyeong-hoon menawarkan diri untuk membantu Sang-won mencari Ina. Ia tahu kasus anak-anak lain yang menghilang seperti Ina dan keterkaitannya. Menurutnya, Ina dibawa arwah yang tidak diketahui ke alam lain. Menurutnya lagi, mereka harus segera menemukan Ina sebelum jiwanya tidak dapat kembali lagi ke alam orang hidup.

Sosok mengerikan pada film ini sejatinya ingin menghukum Sang-won yang menganggap anaknya sebagai sebuah beban. Keluarganya adalah contoh keluarga yang sudah rusak. Sang-won hampir tak berkomunikasi dengan Ina pasca kematian istrinya. Maka ia tak pernah benar-benar paham apa yang diinginkan oleh sang anak. Sepeninggalan sang istri, Sang-won pun berniat mencarikan pengasuh untuk Ina supaya ia bisa fokus dengan proyeknya. Alhasil, ketika ia melaporkan anaknya hilang, media yang meliput kasusnya malah menyalahkan Sang-won, membuat framing seolah ia membunuh Ina. Arwah cilik yang mengambil Ina pun memiliki motif. Ia ada berkat tragedi yang disebabkan orang tuanya, yang menganggap akan lebih baik bila ia mati. Ada alasannya juga mengapa sang arwah terpanggil melalui lemari pakaian di kamar Ina sebagai medianya. Dengan demikian, motivasi sang arwah tidak sekedar untuk “mencari teman”.

Apa kaitan video ritual pada awal film dengan kasus anak hilang yang terjadi berulang kali? Film akan menjelaskannya melalui Kyeong-hoon. Kyeong-hoon sendiri tampil tidak sebagai sosok yang kaku melainkan cenderung konyol. Beberapa aksinya disajikan dengan konyol demi menciptakan momen yang tidak terlalu menegangkan. Namun, mantra-mantra yang diucapkannya juga gerak tubuhnya tetap meyakinkan ketika portal alam lain terbuka. Ketika babak ketiga dari film ini menyajikan perjalanan ke alam lain, alam yang dibangun cukup meyakinkan. Arwah anak-anak kecil yang bermunculan diberikan penampilan yang konsisten, menandakan bahwa mereka ada karena mengalami perlakuan yang sama.

Sayang kesimpulan dari film ini diberikan terlalu cepat. Tampak masih ada urusan Kyeong-hoon yang belum selesai perihal tujuannya dalam menyelesaikan rangkaian kasus anak hilang. Perubahan dalam diri Sang-won terhadap Ina pun kurang ditunjukkan (atau memang tidak ada?) selain ia datang untuk menjemput Ina di sekolah. Sekolah menjadi latar yang kurang tepat untuk menggambarkan perubahan dalam keluarga Sang-won.

Meski sempat menyajikan jumpscare murahan dengan audio berlebihan seperti film-film horor dari Indonesia, film ini tetap layak ditonton. Jika kita menyayangkan perlakuan Sang-won yang menjadi awal teror pada film ini, setidaknya kita akan belajar untuk menjaga keluarga kita. Karenanya, saya cukup memberikan nilai 5.5 dari 10 untuk The Closet.

Leave a comment