Review Film Benyamin Biang Kerok 2

Mau dibawa kemana lagi film yang hampir selesai ceritanya ini?

Saya sempat mendengar kabar bahwa kelanjutan dari Benyamin Biang Kerok (2018) ini ditunda penayangannya karena reception film pertama yang cenderung negatif, gagal mengumpulkan satu juta penonton pula. Hingga tahun ini, akhirnya film ini jadi dirilis melalui platform Disney+ Hotstar yang menyajikan film-film Indonesia terbaru setiap Jumat (waktu Indonesia). Saya tidak tahu akan dibagi menjadi berapa film cerita tentang Pengki ini. Namun, bagi saya film kedua ini adalah upaya sang sutradara dan penulis naskah dalam meminta maaf atas kegagalan film pertamanya.

Benyamin Biang Kerok 2 langsung dibuka dengan narasi tentang apa yang terjadi pada film pertama, termasuk penjelasan motif Pengki cs mengacaukan casino milik Said (Nurul Qomar). Film ini memang menebus dosa film pertamanya yang akhirnya memberikan resolusi atas aksi Pengki (Reza Rahadian) dan Somad (Adjis Doaibu) dalam menyusup ke kediaman Said untuk mencuri jam milik Hengki (Hamka Siregar) yang diyakini menyimpan petunjuk lokasi harta karun dari presiden pertama kita. Selain menyelamatkan jam tersebut, Pengki juga mengambil barang bukti keterlibatan Said atas kasus human trafficking dengan Aida (Delia Husein) sebagai salah satu korbannya.

Film berjalan dengan mulus dalam menyelesaikan cerita pada film pertamanya. Namun, setelahnya cerita pun dikembangkan lagi menjadi petualangan Pengki dan kawan-kawannya dalam mencari harta karun peninggalan presiden pertama. Rano Karno yang memerankan Sabeni (ayah Pengki) pun mendapatkan porsi penampilan yang lebih banyak dibanding pada film sebelumnya. Secara mengejutkan, latar belakang tentang Sabeni pun digali lebih dalam pada film ini, termasuk masa lalunya dengan Mpok Rocker (Lydia Kandou) yang ternyata adalah Nurlela, pacar Sabeni di perguruan silatnya dulu. Dalam menunjukkan kilas balik akan hubungan mereka, film menampilkan Ajil Ditto dan Tissa Biani yang memerankan Sabeni dan Nurlela semasa muda.

Sebagai pembeda dari film sebelumnya, aksi Sabeni yang merupakan Jawara Betawi cukup mencuri perhatian. Interaksinya dengan tokoh senior lainnya cukup menyelamatkan film ini dari kata buruk sekali. Sementara itu, tokoh lainnya tidak mendapatkan pengembangan karakter yang signifikan. Sosok dukun langganan mami Pengki yang sengaja dibuat misterius (tetapi kita tahu siapa dia) pun dimunculkan lagi. Kita hanya akan melihat Aida bergabung dengan Pengki dan teman-temannya dalam berpetualang mencari harta yang dipercaya ditinggalkan presiden pertama untuk rakyat Indonesia.

Cerita petualangan baru yang diperkenalkan film ini dieksekusi dengan jalan cerita berkualitas sama dengan aksi-aksi pada film sebelumnya. Petualangan mereka sesungguhnya lebih menarik tetapi gagal dikembangkan dengan latar belakang yang menarik. Kedua komika yang membantu Pengki pun tampil lebih annoying di dalam aksi yang melibatkan mereka. Pengki cs dibuat harus berkonflik dengan geng Hengki yang juga ingin mengambil harta yang ditunjukkan oleh jamnya tersebut. Masalah para tokoh selesai dengan cara yang konyol dan mudah, memutar logika penonton yang bertanya “bagaimana bisa?”. Sebagai tambahan, setidaknya film ini juga menampilkan dua kali efek CGI yang menggelikan, yang membuat film ini sedikit lebih mengundang tawa.

Secara mengejutkan, film ini menyampaikan pesan untuk melindungi kekayaan tanah air di akhir cerita. Sementara itu, meski tidak berakhir tiba-tiba seperti film pertama, cerita yang disajikan tampak tak sepenuhnya selesai. Masih ada persoalan para tokohnya yang belum benar-benar selesai, misalnya kelanjutan hubungan Sabeni dan Nurlela yang inkonklusif. Dengan demikian, film ini berpotensi memiliki lanjutannya lagi meski menurut saya tidak perlu dibuat sekuelnya lagi.

Akhir kata, penyampaian cerita pada film tampak sedikit lebih baik meski sama-sama dirusak oleh sejumlah kekonyolan yang gagal mengundang tawa. Aksi para tokoh senior yang terlibat pun sesungguhnya hanya menetralkan cerita pada film yang lebih absurd. Jika harus memberi nilai untuk film ini, saya akan memberikan nilai yang sama dengan film pertamanya, yaitu 3 dari 10.

Leave a comment