Review Film Warkop DKI Reborn 4

Jadi bagaimana nasib Dono, Kasino, dan Indro di Maroko?

Tahun lalu saya benar-benar heran dengan keputusan Falcon Pictures untuk me-reborn ulang karakter Warkop DKI dalam film yang mereka anggap akan sukses besar, Warkop DKI Reborn. Berbagai hasil negatif baik dari segi ulasan hingga penghasilan (kurang dari sejuta penonton) meski sudah melakukan promo masif yang luar biasa pun didapatkan oleh film yang jalan ceritanya sengaja dibagi dua tersebut. Untung saja ada platform Disney+ Hotstar yang dapat dijadikan wadah untuk memutar kelanjutan filmnya, tanpa sang produser perlu khawatir akan kuantitas penonton di layar lebar yang semakin jatuh. Lalu, bagaimanakah kelanjutan kisah trio Warkop DKI dalam menjalankan misinya?

Warkop DKI Reborn 4 (yang akhirnya dibubuhi angka 4 dalam judulnya) dibuka dengan upaya ketiga sekawan, Dono (Aliando), Kasino (Adipati Dolken), dan Indro (Randy Nidji) untuk lolos dari hukuman mati dengan bantuan Ahmed (Dewa Dayana) dan Aisyah (Aurora Ribero). Berhasil lolos, mereka melanjutkan perjalanan untuk mencari Inka (Salshabilla Adriani) yang mereka percayai dalam bahaya. Mereka dibantu jaringan mata-mata anak-anak dalam menemukan keberadaan Inka, yang membuat mereka harus berurusan dengan Aminta Bacem (Rajkumar Bakhtiani). Ia adalah otak dari bisnis haram yang dilakukan PH milik Amir Muka (Ganindra Bimo) di Indonesia.

Film ini sejatinya mencoba menghibur kita dengan aspek-aspek komedi yang masih sama seperti pada film sebelumnya. Film menyuguhkan aksi melarikan diri dan penyusupan yang disertai kekonyolan ketiga tokoh utama. Yang akhirnya agak menghibur pun adalah situasi akhir yang disebabkan ulah para tokohnya. Aspek dialog pada film ini pun masih sama. Karena berlatarkan di luar negeri, kita akan melihat orang-orang yang ditemui berbahasa asing tetapi anehnya mereka masih mengerti dialog para trio Warkop yang berbahasa Indonesia. “Bahasa terbalik” yang diucapkan salah satu tokohnya pun akan diperdengarkan kembali pada kita. Yang baru dan cukup baik pada film ini, mungkin, adalah treatment sutradara dalam beberapa kali memanjakan mata penonton dengan visual perjalanan para tokohnya di jalanan di Maroko.

Jika ditanya apakah film ini lebih baik atau buruk dibandingkan film sebelumnya? Saya akan cenderung menjawab “Sama saja”. Karena film ini mengandalkan formula komedi yang sama, sama-sama menjadikan perempuan sebagai objek rebutan para trio Warkop, juga sama-sama disisipi plot absurd guna membuat petualangan mereka tampak lebih rumit. Yang menjadi pembeda hanyalah bahwasanya film ini memiliki konklusi yang jelas akan akhir dari misi trio Warkop. Pada konklusi tersebut, film mencoba memberikan dua kejutan. Pertama, plot twist tentang karakter Inka yang mudah ditebak sejak awal film. Kedua, kemunculan tokoh yang kita kira takkan kembali lagi. Dapat dikatakan, penceritaan pada akhir film lah yang menurut saya terlemah karena saya rasa ada adegan penting yang dipotong pada hasil penyuntingan akhir film. Jika nyatanya tidak ada, saya dapat memaklumi karena film ini memang sering mengesampingkan logika pada ceritanya.

Ketika film selesai, saya merasa tidak mendapatkan apa-apa selain piutang sang sutradara berupa akhir cerita yang jelas. Tidak ada parodi dari karya perfilman Indonesia lainnya, tiada pula isu yang tegas disinggung para tokoh. Saya sengaja mengulas film ini dengan sesingkat-singkatnya karena memang sedikit hal baru yang saya amati dibandingkan pada film sebelumnya. Karena penilaian saya akan film ini banyak berupa “sama saja”, tentu angka yang saya jadikan nilai untuk Warkop DKI Reborn 4 pun sama saja dengan film sebelumnya, yakni 3 dari 10.

2 thoughts on “Review Film Warkop DKI Reborn 4

  1. Irvin Datz

    Ada hal yang tak dapat dihindari, ada juga hal yang wajib dihadapi. Berdasarkan anda, apakah anda dapat membikin seluruh sesuatunya lebih gampang atau tak? Seluruh tergantung kita.. apakah kita sepakat dengan komentar ini?

    Like

    Reply

Leave a comment