Review Film The Fall Guy

Surat cinta untuk para stunt-man, sederhananya

Tahun lalu setidaknya kita punya film-film berupa surat cinta untuk industri perfilman. Ada yang tokoh utamanya seorang penulis naskah, sutradara, bahkan anak sekolah yang punya passion dengan film. Meneruskan tren tersebut, di tahun ini ada The Fall Guy, karya David Leitch yang ditujukan untuk para pemeran pengganti (stuntman). Meski berupa film tentang pembuatan film, film ini tidak didominasi adegan syuting. Bahkan ada selipan action yang intens, yang sesuai temanya, dilakukan oleh sang protagonis.

Karakter utamanya adalah Colt (Ryan Gosling), seorang pemeran pengganti khusus aktor laga terkenal, Tom Ryder (Aaron Taylor-Johnson). Setelah mengalami kecelakaan di lokasi syuting, Colt menghilang dari dunia film, termasuk meninggalkan sang kekasih yang kala itu menjadi seorang kameramen, Jody (Emily Blunt). 18 bulan kemudian, Colt ditawari menjadi stuntman lagi untuk Tom dan menerimanya. Karena film yang akan dibuat adalah debut penyutradaraan dari Jody, yang mana tidak ingin Colt kecewakan lagi. Setibanya di lokasi syuting, ternyata Jody tidak menduga kehadiran Colt. Sang produser malah meminta Colt untuk mencarikan Tom yang menghilang. Dirinya menyanggupi permintaan tersebut demi kelancaran produksi film pertama sang mantan kekasih.

Naskah yang ditulis Drew Pearce ternyata terinspirasi dari serial berjudul sama dari tahun 1980an. Saya tidak tahu lingkup cerita yang dibawakan dalam serialnya. Namun, secara keseluruhan, filmnya sendiri memiliki ragam cerita yang senantiasa dibuat menarik untuk diikuti. Salah satunya adalah elemen romansa antara Colt dan Jody. Plot pengungkapan bahwa naskah dari film Jody terinspirasi dari rasa patah hatinya ternyata bisa disampaikan secara menggelitik. Walaupun demikian, urgensi dari plot tersebut tetap tersampaikan dengan baik dengan menyisipkan rangkuman tentang apa yang keduanya alami selama berpisah.

Naskahnya sendiri cukup masuk akal untuk membuat Colt mampu survive dalam rangkaian adegan laga sungguhan, dari mengungkap misteri pembunuhan hingga terlibat dalam aksi kejar-kejaran mobil. Karena dirinya sejak awal adalah seorang stunt yang terbiasa dalam adegan-adegan bela diri. Kelak akan ada pertanyaan dalam benak kita, mengapa orang-orang yang dekat dengan Colt dan Tom pun bisa menyajikan aksi yang decent, bahkan terbilang memiliki profil “kelahi dulu baru berbicara”. Namun, kejanggalan plotnya akan mudah diampuni karena penampilan para cast pendukungnya yang sudah total, termasuk sang anjing terlatih milik Colt yang ternyata dibuat terlibat dalam aksi-aksi penting hingga akhir.

Surat cinta untuk para pemeran pengganti diwujudkan setidaknya dalam dua bentuk. Pertama, melalui dialog-dialog yang secara realistis menunjukkan betapa terlupakannya mereka. Realita yang lebih perih untuk disimak ketika sang bintang yang sebenarnya malah mengaku melakukan adegan berbahayanya sendiri, tanpa diganti. Pertanyaan seperti apakah ada ajang penghargaan untuk seseorang seperti Colt semakin menyindir industri yang mengabaikan pentingnya sosok stuntman. Kedua, melalui suguhan aksi yang dieksekusi secara menyenangkan dalam klimaksnya. Keterlibatan para pemeran pengganti dalam mengungkap sosok antagonis pada film semakin menegaskan ketangguhan profesi mereka.

Secara keseluruhan, film ini menjadi sebuah hiburan yang utuh dilihat dari bagaimana Leitch mengemas elemen romansa dan aksinya dengan menyenangkan. Konklusinya secara cermat menyiratkan bahwa sang aktor laga adalah sosok tak berdaya tanpa stuntman di sampingnya, dalam wujud yang menghibur pula. Untuk melengkapi hiburan yang sudah ada, ditampilkan lah sebuah kameo tak terduga di bagian akhir, yang sayang namanya tidak mendapatkan kredit pada film ini.

7/10

Leave a comment