Review Film The Invisible Man

Sebuah film yang memaksimalkan kengerian yang disebabkan sosok tak terlihat

The Invisible Man langsung dibuka dengan adegan yang menegangkan. Cecilia Kass mencoba untuk melarikan diri dari rumah suaminya, Adrian yang memiliki sistem keamanan cukup tinggi. Cecilia tidak tahan hidup dengan suaminya yang mengekang. Meski ketahuan kabur, Cecilia tetap berhasil kabur atas bantuan adiknya, Emily dan bersembunyi di rumah temannya yang seorang detektif polisi, James. Cecilia sempat lega setelah mendapatkan kabar bahwa Adrian ditemukan bunuh diri dan meninggalkan sejumlah uang warisan melalui adiknya, Tom. Mencoba memulai hidup baru, Cecilia malah mengalami hal-hal janggal dan merasakan bahwa Adrian masih hidup dan mengikutinya tanpa diketahui.

Keadaan semakin menegangkan ketika sosok tak terlihat mencoba merusak hubungan Cecilia dan Emily, juga membahayakan Sydney, anak dari James. Cecilia semakin yakin bahwa Adrian adalah biang keladi dari semua ini. Ia pikir Adrian berhasil membuat dirinya menjadi sosok tak terlihat, dan semua itu memungkinkan karena Adrian adalah seorang ahli optik. Sambil melarikan diri, Cecilia pun mencari tahu apakah sosok tak terlihat yang membahayakannya benar-benar Adrian dan bagaimana ia melakukannya.

Apa yang tak terlihat lebih mengerikan dibanding yang bisa kita lihat. Begitulah gagasan film ini dalam menyajikan rentetan teror berbahaya terhadap Cecilia. Kita akan ikut tegang tatkala sosok tak terlihat mulai memberi tahukan eksistensinya, semakin tegang manakala ia menyakiti tokoh utama kita. Namun, ketegangan mulai berkurang ketika film menyajikan plot tentang Cecilia yang mencari tahu bagaimana Adrian membuat dirinya tak terlihat. Namun lagi, suasana mencekam yang coba diciptakan sang sutradara terbilang konsisten dari awal hingga akhir film. Pada awal film kita dibuat khawatir apabila ada suara yang tiba-tiba muncul dalam sebuah momen melarikan diri yang hening. Keheningan tersebut dimunculkan lagi sebagai akhir film, tetapi membuat kita bertanya apa yang akan dilakukan sang protagonis terhadap sang antagonis.

Bayangkan, apa saja yang dapat dilakukan seseorang yang tak terlihat tetapi berada di rumah kita?

Premis cerita pada film ini adalah upaya Cecilia untuk melepaskan diri dari suaminya yang kaya raya tetapi mengontrol seluruh hidupnya. Perihal motivasinya, naskah kurang memberikan cerita pendukung mengenai perlakuan Adrian terhadap Cecilia dan Tom, yang menurut mereka gemar mempengaruhi hidup mereka. Contohnya, yang diberikan hanya narasi tentang Adrian selalu bisa melacak Cecilia, tanpa memberi tahu bagaimana saja caranya. Alhasil, di awal film kita kurang bersimpati terhadap langkah yang diambil Cecilia. Pada babak ketiga, film memberikan sedikit plot twist tentang sosok sebenarnya di balik kostum tak terlihat itu. Namun, kurang diberikan penjelasan mengenai cara sang antagonis melakukannya mengingat peristiwa yang terjadi melibatkan dua tempat berjarak jauh.

Sebagai perpaduan genre thriller dan sci-fi, film ini berhasil mencapai tujuan dari masing-masing genre. Sungguh menyenangkan melihat bagaimana cara sang antagonis menghilangkan dirinya dengan teknologi yang tidak terlalu ajaib. Cecilia yang awam pun sejatinya langsung mengerti bagaimana kostum penghilang tersebut bekerja. Sayang, adegan baku hantam yang terjadi di sepanjang film ketika Cecilia sudah mengetahui siapa musuhnya dapat dieksekusi secara lebih efektif lagi. Namun, penonton akan lega ketika sang antagonis mendapatkan ganjaran yang setimpal di akhir cerita.

Selain resolusi yang cukup memuaskan, film ini juga menyajikan open ending perihal apa yang akan dilakukan Cecilia berikutnya. Entah ia akan mengambil jalan yang baik atau tidak, penilaian akhir saya akan sama. Nilai tersebut adalah 7 dari 10 untuk film ini.

1 thought on “Review Film The Invisible Man

  1. Pingback: Review Film Di Bawah Umur | Notes of Hobbies

Leave a comment