Review Film The First Omen

Film tentang asal-usul anak setan!

The Omen yang terakhir direka ulang pada tahun 2006 menampilkan literally bocil kematian bernama Damien. Ternyata, Damien adalah keturunan iblis yang merupakan bagian dari konspirasi untuk melahirkan sosok Antichrist di keluarga pemerintah. Sebuah pengetahuan yang narasinya akan kita dapatkan lagi dalam The First Omen, prekuelnya. Sebagai sebuah film pendahulu, karya terbaru dari sutradara Arkasha Stevenson ini tetap bisa dinikmati sebagai cerita baru yang berdiri sendiri.

Dikisahkan Margaret (Nell Tiger Free) adalah gadis Amerika yang dibawa ke Roma untuk menerima prosesi penahbisan. Sebelumnya, ia ditugaskan untuk bekerja di sebuah panti asuhan bernama Vizzardeli. Di sana, ia dekat dengan teman sekamarnya yang hidup lebih bebas, Luz (Maria Caballero). Baru sebentar menetap di Vizzardeli, Margaret menaruh perhatian khusus kepada Carlita (Nicole Sorace), gadis yang kerap dihukum suster lain karena dianggap biang masalah. Carlita sendiri mengaku sering mendapatkan penglihatan buruk tentang orang-orang di sekitarnya. Mengenai Carlita, Margaret bertemu dengan seorang pendeta setempat, Brennan (Ralph Ineson). Brennan memberi tahu dirinya akan eksistensi kelompok gereja radikal yang ingin membangkitkan antichrist, yang diniatkan untuk lahir lewat Carlita.

Paruh awal dari filmnya relatif mudah untuk membuat penonton kebosanan. Cukup banyak misteri yang ingin disampaikan bersamaan dengan bumbu konspirasi pihak gereja untuk menakuti umat mereka dan menggiring mereka kembali ke gereja. Kebersamaan Margaret dengan Luz dan Carlita cukup menarik di awal, tetapi filmnya bergerak lambat menuntun Margaret menuju misteri yang harus segera ia ketahui. Walaupun demikian, premis yang menghantarkan rasa tidak nyaman bagi sang protagonis cukup berhasil.

Akhir dari film ini sudah diketahui, Damien akan lahir. Meski demikian, naskahnya tetap menghadirkan deretan misteri perihal proses kelahirannya. Berbagai kejadian yang menimbulkan tanda tanya di awal film, perlahan diungkap benang merahnya. Mulai dari peristiwa apa yang sebenarnya dialami Margaret saat hilang ingatan sampai puncak bahaya apa yang akan disebabkan oleh Carlita. Misteri lainnya diungkap dengan runut dalam sebuah plot investigasi yang mudah dialami oleh Margaret.

Cara Stevenson mengemas jumpscare terbilang jahil. Ide dari aneka momen menyeramkannya sebenarnya sudah common, tetapi sang sutradara tetap bisa memberikan kejutan yang tak terduga. Baik lewat setup yang sedikit diperlama maupun keputusan pengambilan gambar akan sebuah tragedi. Rasa tidak nyaman akan semakin dialami oleh mereka yang sudah pernah menonton The Omen (1976), yang mana saya bukanlah salah satunya. Karena Stevenson menyisipkan beberapa adegan kematian yang merupakan tribute untuk scene-scene ikonik dari film aslinya, tetapi dalam suasana yang agak berbeda.

Peristiwa tak berujung kematian yang dialami oleh sang protagonis tersaji tak kalah mengerikan. Contohnya, lihatlah gestur ritual khusus yang dilakukan secara terbuka di gereja tempat Margaret mengabdi. Pemandangan tersebut semakin menguatkan rasa tidak nyaman bagi karakternya, yang kita harapkan bisa segera pergi dari sana. Akting Tiger Free ketika kerasukan dan menghadapi momen mematikan sangatlah meyakinkan, membuatnya sukses menjadi protagonis untuk franchise Omen di masa kini.

Dari segi cerita, konklusi film ini ternyata mengungkap fakta baru yang tidak tersebut dalam film aslinya. Sejarah Damien yang pernah disampaikan salah satu karakter pendeta pun mengalami pergeseran pemahaman berdasarkan plot dari film ini. Dengan adanya fakta baru tersebut, sekaligus survivor dengan karakter kuat, akan menarik untuk menanti film-film selanjutnya tentang Omen.

6.5/10

Leave a comment