Review Film M3GAN

Megan ini siapanya Chucky?

Di tahun yang baru ini, kita juga mendapatkan ikon boneka horor yang baru. Namanya adalah M3gan, yang merupakan akronim dari Model 3 Generative Android, hasil pemikiran James Wan dan Akela Cooper. Alih-alih ngeri, ketika menonton trailer-nya, saya malah merasa senang. Maka itu, saya langsung memastikan diri untuk tidak melewatkan karya Gerard Johnstone ini walaupun sudah menebak bahwa filmnya akan memiliki premis yang mainstream.

Dugaan saya ternyata tidak sepenuhnya salah. M3gan adalah sebuah proyek underground milik Gemma (Allison Willams) bersama kedua temannya yang sempat tertunda. Pasalnya Gemma yang merupakan engineer robot diminta bosnya, David (Ronny Chieng) untuk lebih fokus membuat robot mainan yang lebih pasaran demi bersaing dengan perusahaan kompetitor. Pembuatan M3gan dilanjutkan Gemma demi menyenangkan keponakannya, Cady (Violet McGraw), yang baru kehilangan kedua orang tuanya karena kecelakaan. Untungnya, demonstrasi M3gan berhasil memikat David dan robot ciptaan Gemma tersebut disetujui untuk diproduksi masal. Keberadaan M3gan juga membuat Cady tidak lagi kesepian, karena M3gan menjadi teman sekaligus pelindungnya.

Gemma sendiri dikisahkan tengah memperjuangkan hak asuh Cady, tetapi ia sudah menunjukkan kesan kurang baik tatkala menjemput Cady. Maka M3gan menjadi senjatanya untuk merebut hati Cady sekaligus delegasi akan fungsi yang seharusnya dilakukan orang tua, pendidikan dan perlindungan. Tidak heran jika kelak Cady hanya ingin bermain bersama M3gan dan agak mengabaikan Gemma. Jelas sekali bahwa naskah dari Wan dan Cooper ingin menyindir generasi masa kini yang kecanduan gawai dan sulit menjadi makhluk sosial. Dialog orang tua Cady tentang batas pemakaian gawai dan kehidupan Gemma yang penuh teknologi membuat sindiran makin tampak. Masalah yang dihadapi Gemma pertama kali pun bukan berasal dari Cady atau M3gan, tetapi berkat hubungan bertetangga yang tidak perlu terjadi andai dirinya lebih bersosial.

Seperti pada Child’s Play (2019), M3gan menjadi sosok yang berbahaya ketika mendapatkan pengaruh luar yang buruk, baik dalam bentuk tindakan maupun ucapan. Namun, M3gan bukanlah boneka buruk rupa rakitan seorang buruh yang sakit hati. M3gan memang tidak memiliki “filter” yang aman karena boneka rakitan Gemma tersebut merupakan sebuah MVP (Minimum Viable Product) yang menurutnya sudah cukup menyenangkan Cady dan bosnya. Bahkan, sejak awal M3gan jauh dari kesan menyeramkan. Kita akan melihat Gemma dan teman-temannya merakit robot impiannya dengan desain yang lebih rupawan. Fungsionalitasnya yang lebih berempati kepada penggunanya menjadi nilai jual M3gan yang terpenting. Kita pun akan melihat bagaimana sang robot mempelajari tariannya yang memikat penonton trailer-nya. Keluwesan M3gan ketika beraksi juga berkat akting manusia sungguhan yang memerankan dirinya, Anne Donald. Namun, M3gan tetaplah robot. Ketika dirinya menjadi lebih protektif dan dapat melakukan apapun demi melindungi Cady, bahaya sudah di depan mata.

Pengalaman menyeramkan yang ditawarkan M3gan memang mirip dengan teror dari boneka seram lainnya. Ketegangan akan memuncak ketika sang robot menatap tajam atau tiba-tiba muncul di hadapan tuannya. Paada awal film, ketika M3gan pertama kali diuji pun suasana tegang sudah ditanamkan. Akankah ada kesalahan sistem yang merusak M3gan? Apalagi akar dari kekacauan yang ditimbulkan M3gan adalah karena para karakter manusia yang meremehkannya (atau, kata lainnya adalah kecerobohan). Meski tampil lumayan sadis, M3gan tetap menjadi sebuah tontonan bersahabat bagi penonton yang masih di bawah umur. Sebabnya karena beberapa adegan yang biasanya digambarkan sadis nan berdarah tidak ditunjukkan secara brutal.

Selain ulah dari M3gan, yang cukup menegangkan pada film ini adalah hubungan Gemma dan Cady yang dimulai dengan kurang baik. Klimaksnya adalah sebuah adegan pertentangan dari Cady tanpa ada M3gan di sampingnya. Untung saja persoalan terkait rasa kehilangan Cady memiliki konklusi yang saya sukai, karena mengungkit kodrat manusia sebagai makhluk sosial. Penyelesaian dari teror yang disebabkan M3gan pun melibatkan bantuan yang datangnya tidak “out of nowhere“.

Kekurangan film ini dari segi cerita adalah adanya konflik sampingan yang hanya disampaikan secara dangkal. Konflik yang terjadi di kantor Gemma tersebut akhirnya hanya menambah korban dari M3gan. Dari segi pesan yang ingin disampaikan, penonton dapat menafsirkannya sebagai hukuman bagi tokoh yang serakah. Entah ada adegan yang hilang atau akan menjadi setup untuk sekuelnya, yang pasti penonton akan senang karena penambahan korban ini.

7/10

3 thoughts on “Review Film M3GAN

  1. Pingback: 5 Film Ter-Tak Terduga dan Mengecewakan Semester 1 Tahun 2023 | Notes of Hobbies

  2. Pingback: Multireview Edisi 24: 4 Film Mancanegara di Bioskop Oktober 2023 | Notes of Hobbies

  3. Pingback: Review Film Imaginary | Notes of Hobbies

Leave a comment