Di masa libur Lebaran tahun ini, Indonesia punya tren Barbenheimer-nya sendiri. Pasalnya, dua film horor dari sutradara dengan track record positif dan dipastikan akan mendapatkan jutaan penonton tayang bersamaan. Salah satunya adalah versi panjang dari Siksa Kubur yang dibuat Joko Anwar pada 2012 lalu. Filmnya sendiri sudah menarik perhatian sejak metode promosinya yang secara tegas mengajak calon penontonnya untuk menghindari kezaliman. Bahkan lagu Bila Waktu Tlah berakhir dari Opick pun sampai disisipkan sebagai clickbait dalam trailer utamanya. Lewas promosi demikian, apakah film satu ini benar-benar menjadi sebuah film horor reliji yang segar?
Continue readingReview Film Badarawuhi di Desa Penari
Badarawuhi di Desa Penari adalah wujud ambisius dari produser KKN di Desa Penari (2022) (yang berikutnya akan saya sebut secara pendek dengan “KKN”) untuk menciptakan sebuah franchise horor yang besar. Jika memungkinkan, karya terbaru dari Kimo Stamboel ini dapat menjadi sebuah horor blockbuster di Indonesia. Ambisi tersebut setidaknya terwujud lewat ketersediaan film ini dalam format IMAX dan kualitas gambarnya yang lebih mahal. Sementara itu, upaya lain seperti meningkatkan kengerian di desa Penari atau menghadirkan cerita yang lebih kompleks belum terasa secara maksimal.
Continue readingReview Film The First Omen
The Omen yang terakhir direka ulang pada tahun 2006 menampilkan literally bocil kematian bernama Damien. Ternyata, Damien adalah keturunan iblis yang merupakan bagian dari konspirasi untuk melahirkan sosok Antichrist di keluarga pemerintah. Sebuah pengetahuan yang narasinya akan kita dapatkan lagi dalam The First Omen, prekuelnya. Sebagai sebuah film pendahulu, karya terbaru dari sutradara Arkasha Stevenson ini tetap bisa dinikmati sebagai cerita baru yang berdiri sendiri.
Continue readingReview Film Godzilla X Kong: The New Empire
Hal paling menarik dari film-film MonsterVerse kini adalah pertunjukan lebih dari satu makhluk raksasa yang dipertemukan dan dibuat untuk saling beradu kekuatan. Bukan lagi tentang jawaban atas pertanyaan “Bagaimana dampak dari eksistensi Godzilla ke kehidupan manusia?” Toh sudah cukup banyak juga film dan serial dari masa lalu yang menampilkan makhluk sebuas Godzilla. Pada film kelima dari MonsterVerse ini, premis tersebut dihadirkan kembali, dengan cerita baru dan kemunculan monster yang lebih banyak.
Continue readingMultireview Edisi 28: 4 Film Indonesia Maret 2024
Tulisan rutin bulanan ini sebenarnya bukan untuk memperingati bulan film nasional yang jatuh bulan lalu. Seperti biasa, tulisan ini adalah rangkuman ulasan dari beberapa film Indonesia yang tayang Maret lalu, baik di bioskop maupun media lainnya. Selain film tentang Kuyang yang sudah diulas lebih dulu, saya hanya sempat menonton 4 film Indonesia. Beberapa film bioskop bulan lalu hanya mendapatkan sedikit layar di bioskop dan cepat menghilang karena dominasi film-film blockbuster dari luar.
Continue readingReview Film Inshallah a Boy
Inshallah A Boy menandakan kemajuan perfilman Yordania di masa kini. Bukan hanya karena menjadi perwakilan negaranya di ajang Academy Awards, tetapi juga memborong beberapa penghargaan termasuk festival film di Cannes. Selain karena akting aktrisnya yang mudah menarik simpati penonton, daya tarik utama film ini adalah muatan ceritanya. Apa yang dialami sang protagonis begitu dekat dengan kehidupan kita yang tinggal di negara relijius.
Continue readingReview Film Imaginary
Setelah kemunculan M3GAN (2023) dan Five Nights at Freddy’s (2023), ide film horor yang berfokus pada ketakutan anak-anak kian berkurang. Jeff Wadlow hadir dengan alternatif yang lebih sederhana: mengembangkan ide horor dari sebuah boneka beruang. Boneka yang menemani masa kecil dari mayoritas penontonnya, bahkan sampai dijadikan teman main khayalan. Nah, keberadaan dari khayalan ini lah yang digunakan naskahnya untuk mennebar teror-teror yang sebenarnya sudah lazim ditemukan di film-film horor lain dengan karakter anak kecil.
Continue readingReview Film Kuyang: Sekutu Iblis Yang Selalu Mengintai
Ada alasan khusus mengapa saya agak terlambat untuk menonton Kuyang: Sekutu Iblis Yang Selalu Mengintai. Pertama, saya merasa perlu melewatkan sajian horor ini karena berasal dari sutradara dan rumah produksi yang sama dengan Detak/Tarian Lengger Maut (2021). Sebuah film dengan akhir yang tidak jelas, yang bahkan versi panjangnya pun tidak dapat mengangkat kualitasnya. Selain itu, sebelum ini juga saya sudah pernah menyaksikan film horor yang menampilkan sosok kuyang dengan efek visual yang akhirnya malah membuat saya ingin menertawakannya. Namun, ada kejutan dari ulasan penonton awalnya yang mengklaim bahwa karya terbaru dari Yongki Ongestu ini adalah sesuatu yang berbeda. Setidaknya, tidak menampilkan sosok hantu tanpa kepala tersebut secara asal seram.
Continue readingReview Film The Zone of Interest
Dibandingkan nominee Best Picture Academy Awards untuk tahun ini, The Zone of Interest lah yang tampak hadir bukan untuk semua orang tetapi memiliki perspektif yang sangat penting. Disutradarai dan ditulis naskahnya oleh Jonathan Glazer, film ini cenderung eksperimental karena memaksa penontonnya untuk memiliki indera yang peka. Demi bisa menangkap sendiri kengerian akan pelaku genosida di masa lalu yang digambarkan naskahnya.
Continue readingReview Film Exhuma
Exhuma menjadi film Korea terlaris di Indonesia dengan mudahnya. Sebab intrinsiknya setidaknya ada dua. Pertama, film terbaru dari Jae-hyun Jang ini bergenre horor, sesuai dengan apa yang difavoritkan mayoritas penonton awam kita. Kedua, jajaran pemerannya yang mudah dikenal reputasinya oleh para penggemar film dan serial Korea. Ketika respon positif hadir dari penikmat horor dan film Korea, maka sangat mudah untuk menarik atensi dari lapisan penonton lainnya. Salah satu kesan positif yang muncul bagi saya adalah bahwa film ini dikemas begitu berbeda.
Continue reading